Seorang yang mandiri adalah seorang yang mampu bertanggung jawab untuk mengatur kehidupannya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain dan juga tanpa perlu diawasi. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menasihati jemaat Filipi agar bersikap mandiri secara rohani. Mereka diharapkan mampu mengerjakan keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan. Artinya, mereka diharapkan agar tetap mampu melaksanakan tanggung jawab sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, walaupun Rasul Paulus tidak terus-menerus mengawasi, bahkan tidak hadir bersama dengan mereka (2:12).
Perintah “mengerjakan keselamatan” bukanlah berarti bahwa kita harus berpartisipasi agar bisa memperoleh keselamatan, karena keselamatan murni merupakan pekerjaan Allah di dalam kehidupan orang-orang pilihan-Nya (Efesus 2:8-9). Akan tetapi, yang dimaksud dengan “mengerjakan keselamatan” adalah menunjukkan pola hidup yang sesuai dengan status kita sebagai orang yang telah diselamatkan, yaitu pola hidup yang dilandasi oleh ketaatan terhadap firman Tuhan (Filipi 2:12, 16). Kehidupan yang disesuaikan dengan firman Tuhan akan membentuk kita menjadi anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah masyarakat yang bengkok hatinya, sehingga kita bisa menjadi teladan bagi dunia ini (2:15). “Mengerjakan keselamatan” itu tidak boleh dilakukan secara sembarangan, tetapi harus dilakukan “dengan takut dan gentar” (2:12), artinya dilakukan dengan sangat hati-hati. Oleh karena itu, orang yang masih sering jatuh dalam dosa adalah orang yang belum mengerjakan keselamatan dengan semestinya. Perlu diingat bahwa kemampuan mengerjakan keselamatan itu bukanlah berasal dari kemampuan diri kita sendiri, tetapi berasal dari pertolongan Allah (2:13). Untuk bisa mengerjakan keselamatan yang telah kita terima, kita harus senantiasa bergantung kepada Allah. Jadi, kemandirian secara rohani itu juga berarti kebergantungan sepenuhnya kepada Allah.
Renungkanlah apakah sebagai seorang yang telah diselamatkan, Anda telah bersikap mandiri secara rohani: Apakah Anda telah mengerjakan keselamatan melalui pola hidup yang sesuai dengan firman Tuhan? Apakah kesalehan Anda telah tertampil dalam segala situasi, bukan hanya saat berada di lingkungan gereja atau lingkungan Kristen saja? Apakah Anda telah hidup bergantung penuh kepada Allah?