Seperti kutu loncat, demikianlah ungkapan yang tepat bagi politisi yang suka berpindah-pindah partai, hanya karena partai berikutnya sedang naik daun dan cukup menjanjikan bagi karier politiknya. Orang yang demikian sangat tepat jika disebut sebagai seorang yang tidak memiliki pendirian, mementingkan diri sendiri, dan selalu cari aman. Dalam kisah pelarian Raja Daud, kita bisa melihat sosok Simei dan Ziba sebagai orang-orang yang bersifat seperti itu. Ketika Raja Daud jatuh karena pemberontakan Absalom, Simei mengutukinya. Meskipun Raja Daud tidak meladeni hinaan Simei pada saat itu, sikap Simei tidak bisa dibenarkan. Setelah kedudukan Raja Daud pulih dan ia hendak menyeberangi sungai Yordan untuk kembali ke Yerusalem, Simei menjadi orang pertama yang datang membantu menyeberangkan Raja Daud. Meskipun Simei sampai bersujud memohon ampun kepada Daud, namun semuanya itu hanya dia lakukan demi mencari aman. Ziba pun juga turut hadir membantu menyeberangkan Raja Daud, tentu dengan harapan bahwa Raja Daud akan ingat untuk menepati janji yang pernah diucapkannya setelah tiba di Yerusalem.
Tokoh ketiga yang dimunculkan dalam bagian perikop ini adalah Mefiboset yang menyongsong kedatangan Raja Daud. Sejak kepergian Raja Daud, Mefiboset bertekad untuk tidak membersihkan kaki, tidak memelihara janggut, dan tidak mencuci pakaiannya sebagai tanda dukacita atas tragedi yang menimpa Raja Daud. Bahkan, dia sendiri menjadi korban penipuan Ziba, hambanya. Meski ia kehilangan sebagian ladang karena sudah telanjur dijanjikan oleh Raja Daud untuk diberikan kepada Ziba, Mefiboset menganggap kedatangan Raja Daud jauh lebih membawa sukacita ketimbang soal ladang tersebut.
Sangat sulit mencari seseorang yang setia dan memiliki hati yang tulus dalam berelasi. Terkadang, kita bahkan tidak bisa menduga apakah kebaikan seseorang sungguh-sungguh didasarkan pada ketulusan atau ada niat terselubung untuk kepentingan diri sendiri. Sebagai orang yang hatinya telah diterangi oleh firman Tuhan, marilah kita menunjukkan ketulusan hati dalam berelasi. Janganlah sikap kita dibuat-buat. Lebih-lebih, jangan sampai kita hidup bersandiwara hanya demi meraih keuntungan bagi diri sendiri.