Dalam pasal ini, Rasul Paulus mengingatkan Timotius bahwa akan tiba waktunya, ada orang yang akan murtad karena terpengaruh oleh ajaran sesat. Ajaran sesat tersebut mencakup larangan terhadap perkawinan dan memakan makanan tertentu. Perlu diingat bahwa ajaran ini tidak menunjuk pada praktik para imam Gereja Katolik saat ini yang hidup selibat--artinya tidak menikah--dan berpantang makanan tertentu pada waktu-waktu tertentu. Sebagian penafsir berpendapat bahwa ajaran sesat tersebut adalah salah satu bentuk awal Gnostisisme yang beranggapan bahwa materi adalah jahat. Akan tetapi, kita tidak tahu dengan tepat ajaran sesat yang dimaksud oleh Rasul Paulus di sini.
Rasul Paulus setidaknya menunjukkan tiga alasan yang menyebabkan murtad: Pertama, alasan spiritual, yakni murtad karena pekerjaan roh penyesat. Kedua, murtad karena ajaran setan yang diajarkan melalui manusia-manusia pendusta. Ketiga, murtad karena hati nurani terkontaminasi atau tercemar oleh dosa.
Bagaimana cara menghadapi ajaran sesat di atas? Rasul Paulus mengajarkan dua pokok penting yang berkaitan dengan masalah ini: Pertama, Rasul Paulus mengingatkan bahwa pada dasarnya, segala yang diciptakan Allah--baik yang spiritual maupun yang materi--baik adanya. Kitab Kejadian mencatat bahwa Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik (Kejadian 1:31). Oleh karena itu, bagi Rasul Paulus, tidak ada ciptaan Allah yang haram untuk dimakan jika makanan itu diterima dengan ucapan syukur, karena semua makanan dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa.
Kedua, Rasul Paulus mengingatkan Timotius agar berpegang pada pokok-pokok iman dan ajaran sehat, serta setia mengajarkannya. Tentu saja, agar dapat mengajarkan pokok-pokok iman dan ajaran sehat, Timotius harus terlebih dahulu memahami pokok-pokok iman dan ajaran sehat itu. Timotius harus melatih diri serta mengawasi diri dan ajarannya agar dia dapat menyelamatkan dirinya dan orang-orang yang mendengarkannya dari roh-roh penyesat dan ajaran mereka.
Hari ini, ajaran sesat muncul dalam berbagai bentuk. Sudahkah Anda melatih diri serta mengawasi ajaran dan diri Anda? Hanya dengan demikian kita akan menyelamatkan diri kita dan orang-orang yang mendengarkan kita.