Reformasi gereja pada tahun 1517 itu penting untuk diperingati. Akan tetapi, dengan semangat apa kita memperingatinya? Jelas bahwa kita harus memperingati dengan semangat para pencetusnya, yakni semangat mengevaluasi diri. 95 daftar protes Martin Luther terhadap ajaran dan praktik gereja Katolik Roma saat itu jelas mengusung semangat itu. Sekalipun demikian, yang diharapkan Martin Luther adalah agar gereja berubah, bukan pecah. Semangat mengevaluasi dan memperbaiki diri itu penting untuk dipertahankan oleh umat Kristen pada zaman ini.
Reformasi selaras dengan empat kebenaran dasar, yaitu: Pertama, Allah itu Mahabesar dan Mahasuci, sehingga orang Kristen tak boleh menganggap pemahamannya akan Allah dan kehendak-Nya saat ini sudah tuntas. Kedua, Pribadi dan kehendak Allah kita kenal melalui Alkitab, dan Roh Kudus-lah yang masih terus menjelaskan maksud firman-Nya. Ketiga, proses pertumbuhan rohani kita berlangsung seumur hidup. Pertumbuhan rohani adalah hasil pekerjaan Roh Kudus, namun menuntut kerja sama berupa kesediaan belajar dan kerelaan diubah oleh Roh Kudus. Keempat, Iblis dan kuasa-kuasa jahat masih bekerja sampai hari ini dan terus berupaya menghalangi pertumbuhan iman serta menyerongkan penghayatan iman kita. Iblis akan menang bila orang Kristen merasa cukup dengan pola pikir dan perilaku kesalehannya saat ini, sehingga tidak merasa perlu bertumbuh lagi.
Orang Kristen harus terus bertumbuh. Di satu sisi, ia harus memegang teguh keyakinannya dan mempraktikkan imannya. Di sisi lain, ia harus terbuka terhadap koreksi. Reformasi iman bukanlah membatalkan iman, melainkan memperdalam iman dan semakin mengutuhkan pemahaman kita akan kekristenan. Oleh karena itu, reformasi (pembaruan) iman harus dipandang sebagai kenormalan.
Dalam rangka memperingati Hari Reformasi, marilah kita menjaga hasrat reformasi dengan membangun budaya mengevaluasi diri sendiri serta budaya saling mengevaluasi berdasarkan kasih. Kasih akan membuat evaluasi kita bersifat membangun, bukan meruntuhkan. Dengan menumbuhkan hasrat reformasi, kita membangun Kerajaan Allah dan memuliakan Dia. Berdoalah dan upayakanlah agar kita dan gereja kita tidak terjebak dalam zona nyaman, melainkan agar kita menjadi murid yang terus belajar dan terus bertumbuh. Berdoalah agar diri kita dan gereja kita tidak berhenti belajar, menerapkan, mengajarkan, dan menularkan kekristenan yang semakin utuh. Selamat memasuki minggu Reformasi. [GI Iwan Catur Wibowo]
Teks kita hari ini menggambarkan masa depan yang sangat indah, yakni sebuah dunia baru dengan kondisi yang dirindukan semua manusia: Penduduknya penuh kegirangan dan berkat (Yesaya 65:18, 23), tidak ada tangisan atau kesakitan (65:19), bahkan tidak ada kematian (65: 20, 23). Kondisi di dunia baru itu seperti kondisi sebelum kejatuhan dalam dosa. Saat itu, manusia hidup dalam hubungan yang harmonis dengan Allah dan dengan seluruh ciptaan lainnya (65:24-25). Di dunia yang baru itu, manusia bisa melanjutkan peran sebagai gambar Allah dan rekan kerja Allah yang terus berkarya bersama Allah bagi kemuliaan-Nya (65:21). Inilah kabar baik yang besar dan utuh, yang mencakup keselamatan seluruh ciptaan, bukan hanya keselamatan manusia.
Sayangnya, dunia ini membuat kita sulit memercayai kabar baik dari nabi Yesaya ini, dan kita lebih memercayai kabar buruk dari wacana ilmiah maupun dari agama-agama, bahwa dunia ini akhirnya akan hancur, tidak peduli sekeras apa pun usaha manusia melestarikannya. Akan tetapi, alasan kita untuk memercayai kabar baik ini adalah karena Pribadi yang mengumumkannya adalah Allah sendiri (65:17). Allah--Pencipta dan Penentu akhir dari segala ciptaan-Nya itu--pasti mampu mewujudkannya. Bagaimana cara Allah mewujudkan firman-Nya? Yohanes 16:20-21 memberi petunjuk kepada kita. Saat menghibur para murid menjelang penyaliban-Nya, Tuhan Yesus memakai gambaran tentang rasa sakit seperti perempuan bersalin untuk menjelaskan bahwa kesedihan para murid tidak akan lama, karena tiga hari kemudian, Dia akan bangkit. Tuhan Yesus berkata, "kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira." Dunia akan bergembira karena dunia--yaitu ciptaan lama--yang telah rusak oleh dosa akan diciptakan ulang. Melalui kebangkitan Tuhan Yesus, dunia baru telah dilahirkan, dunia baru yang akan terus berproses menjadi semakin baik, dan kelak akan mewujud sempurna ketika Dia datang kembali beserta turunnya Yerusalem baru, kota Allah itu, dari sorga ke bumi (Wahyu 21-22).
Kita telah diselamatkan dan menjadi ciptaan baru melalui iman kepada Kristus. Imanilah Injil yang utuh ini, karena menolaknya berarti kita menyangkali janji Allah maupun berita salib dan kebangkitan Kristus yang telah mengalahkan kuasa yang merusak ciptaan yang lama, yakni iblis, sekali dan selamanya. Mari, biasakan diri kita dengan Injil yang besar dan utuh karena seluruh aspek iman dan hidup Kristen berawal dari sini. [GI Iwan Catur Wibowo]