Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Selamat Tahun Baru! Kita tidak pernah bisa membayangkan bahwa pada tahun ini, kita harus memasuki tahun yang baru dalam suasana yang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Wabah Covid-19 telah mengubah cara pandang kita dan cara hidup kita secara radikal. Saat ini, kita seolah-olah merasa bahwa bukan kita yang akan mendatangi kematian karena bertambahnya usia, melainkan kematianlah yang sedang mendatangi kita. Kita bukan hanya harus curiga kepada orang lain bahwa orang lain bisa menjadi sumber penularan wabah, tetapi kita juga harus curiga terhadap diri sendiri bahwa mungkin saja kita merupakan penular wabah. Tahun ini, kita tetap harus melaksanakan prinsip hidup disiplin menjaga jarak, menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan, serta memakai masker untuk mengurangi kemungkinan menjadi penular atau menjadi orang yang tertular. Vaksinasi yang akan segera dilaksanakan hanya bisa mengurangi penularan, tetapi tidak bisa menghentikan wabah dalam waktu dekat. Kondisi tidak normal saat ini harus mulai kita pandang sebagai standar kenormalan yang baru.
Pada edisi ini, kita akan meneruskan pembacaan kitab Yesaya dan kitab Mazmur, serta merenungkan delapan pasal pertama Injil Lukas. Di tengah pembacaan Injil Lukas, kita akan mengikuti beberapa renungan menyangkut keluarga. Pembacaan kitab Yesaya akan membangun keyakinan kita akan keselamatan di dalam Kristus dan pengharapan keselamatan seutuhnya saat Kristus datang kedua kali. Pembacaan kitab Mazmur akan menolong kita saat menghadapi permasalahan hidup sehari-hari. Pembacaan Injil Lukas akan menambah pemahaman kita akan Kristus, Sang Juruselamat kita. Saat membaca penjelasan Alkitab yang sangat singkat tentang masa kecil Tuhan Yesus, kita akan bersama-sama merenungkan tentang pendidikan anak. Kita juga akan mengikuti sebuah renungan khusus yang mengantar kita memasuki tahun 2021 ini.
Kami berharap bahwa situasi kenormalan yang baru membuat kita menata kembali kerohanian kita. Kita perlu terus membangun kebergantungan kita pada kemurahan Allah. Walaupun kebersamaan umat Tuhan secara fisik menjadi terbatas, kebersamaan secara rohani melalui doa dan komunikasi melalui telepon serta media sosial perlu terus ditingkatkan. Semoga Tuhan memberkati kita dan terus menolong kita untuk tetap bertumbuh di dalam Kristus!
Hari ini, kita akan mulai menjalani lembaran yang baru setelah berhasil melewati tahun 2021, tahun yang penuh dengan gejolak ketidakstabilan serta menimbulkan berbagai kesulitan hidup. Kondisi sulit tersebut telah memaksa kita untuk menyadari keterbatasan manusiawi kita. Semestinya, kesulitan tersebut membuat kita semakin mengandalkan Allah dalam mengarungi kehidupan yang masih dipercayakan oleh Sang Pencipta. Apa lagi, pada tahun 2021 ini, kita tidak memiliki jaminan bahwa kehidupan akan menjadi lebih nyaman dan penderitaan akan berakhir. Perhatikan peringatan Rasul Paulus dalam bacaan Alkitab hari ini, "Selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan" (5:4). Meskipun demikian, firman Tuhan memberikan petunjuk dan pengharapan bagi kita dalam menjalani hidup di tahun 2021.
Kehidupan di dunia ini tidak mungkin terlepas dari pergumulan dan penderitaan. Sekalipun demikian, Allah mempersiapkan para pengikut Kristus untuk menjalani setiap pergumulan dan penderitaan itu dengan menganugerahkan Roh Kudus sebagai "jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita" (5:5; lihat juga 1:22). Akan tetapi, apakah yang telah disediakan untuk kita itu? Yang disediakan Tuhan adalah "tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal" (5:1). Dengan demikian, kehidupan kita di dunia ini adalah kehidupan yang berpengharapan. Pengharapan itu "tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" (Roma 5:5). Roh Kudus membantu kita ketika kita merasa lemah (Roma 8:26), sebab damai sejahtera dan sukacita berasal dari Roh Kudus (Roma 14:17). Roh Kudus yang merupakan Pribadi Ketiga Allah Tritunggal itu "berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan" (Roma 8:26).
Oleh karena itu, hendaklah hati kita senantiasa tabah (2 Korintus 5:6). Hendaklah kita "hidup karena percaya, bukan karena melihat" (5:7). Jangan biarkan hati Anda terfokus pada apa yang Anda dengar, lihat, atau alami dalam hidup sehari-hari, tetapi percayalah kepada janji-janji Allah dan berserahlah kepada-Nya! Sadarilah bahwa setiap murid Kristus menjalani hidup bersama dengan Roh Kudus. Mari kita melangkah di tahun ini dengan semangat untuk saling mengasihi, saling memedulikan, dan saling mendukung antar anggota gereja. [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]