Bacaan Alkitab hari ini menceritakan kondisi Daud yang sedang lemah, sakit, dan tertekan karena perlawanan dari musuh-musuhnya. Namun, ia tetap bertahan. Pertanyaannya, bagaimana cara Tuhan memberi penghiburan ekstra kepada Daud? Apa yang dapat kita pelajari dari mazmur Daud tersebut?
Pertama, Daud mendapat penghiburan dari Tuhan melalui teman-temannya. Yang terpenting untuk diperhatikan adalah bahwa ketika teman-temannya datang untuk menunjukkan simpati dan perhatian, Daud menganggap teman-temannya sebagai alat yang dipakai Tuhan. Oleh karena itu, Daud mengucapkan kalimat berkat, "Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah" (41:2). Kata dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan menjadi "berbahagialah" lebih tepat bila diterjemahkan menjadi "diberkatilah". Daud memohon agar Tuhan membalas perhatian teman-temannya dengan menghindarkan mereka dari kecelakaan (41:2), melindungi mereka dari musuh (41:3), serta menyembuhkan mereka saat mereka sakit(41:4).
Kedua, Daud mendapatkan penghiburan dari Tuhan melalui perkenan-Nya. Saat itu, Daud mendapat perhatian dan penerimaan dari teman-temannya. Namun, ia tetap mengharapkan pertolongan Tuhan. Dengan kerendahan hati, Daud berkata, "Tuhan, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!" (41:5b). Daud tetap menyerahkan perkaranya kepada Tuhan tanpa meragukan bahwa Tuhan akan membenarkannya dan berkenan kepadanya (41:11-13). Perkenan Tuhan ini yang menjadi penghiburan ekstra bagi Daud, meskipun ia menerima perlakuan yang buruk dari musuh-musuhnya (41:6-9). Bahkan Daud menyebut ada sahabat karibnya yang dipercaya tetapi justru berkhianat terhadap dirinya (41:10).
Melalui doa permohonan Daud, kita dapat menarik pelajaran bahwa perkenan Tuhan harus menjadi lebih utama daripada hal yang lain. Jikalau tidak, kita akan mudah sekali merasa kecewa. Perhatian dari sahabat, teman, bahkan keluarga merupakan salah satu cara Tuhan menyatakan kasih dan berkat-Nya. Mazmur ini ditutup oleh Daud dengan puji-pujian kepada Tuhan (41:14). Hal ini menunjukkan bahwa dari awal hingga akhir perikop ini, fokus Daud bukan kepada manusia ataupun pergumulannya, namun kepada Tuhan.