Pernahkah Anda mendengar orang berkata bahwa menjadi orang Kristen itu sulit karena banyak aturannya: Tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus begini, harus begitu? Sekilas, pandangan tersebut tampaknya benar. Akan tetapi, sebenarnya orang-orang yang berpendapat seperti itu mungkin telah salah memahami tujuan hukum dan aturan dalam firman Tuhan. Sejak semula, Allah tidak memberi hukum dengan maksud untuk mengekang umat-Nya. Sepuluh Hukum Allah serta berbagai peraturan keagamaan dan sosial dalam kehidupan umat Israel bertujuan agar mereka hidup kudus, baik, dan mengalami damai sejahtera. Hukum tidak diberikan dengan tujuan untuk membebani atau memperbudak umat. Hukum diberikan untuk membantu umat Allah agar hidup dalam damai sejahtera.
Orang Farisi melihat bahwa murid-murid Tuhan Yesus memetik bulir gandum, memakan, dan menggisar—atau memutar—bulir gandum pada hari Sabat. Mereka mengkritik karena perbuatan para murid itu tergolong sebagai pekerjaan menyiapkan makanan yang merupakan pelanggaran terhadap aturan Sabat. Terhadap kritik tersebut, Tuhan Yesus menjawab dengan mengangkat kisah Daud dan orang-orangnya yang kelaparan saat melarikan diri dari kejaran Raja Saul (1 Samuel 21:1-6). Saat itu, Ahimelekh—imam di Nob—memberikan roti kudus kepada Daud dan orang-orangnya. Dalam situasi normal, roti kudus itu hanya boleh dikonsumsi oleh para imam (Imamat 24:5-9). Namun, Ahimelekh memberikan roti itu kepada Daud dan para pengikutnya setelah tahu bahwa mereka itu tahir. Roti kudus memang hanya boleh dimakan oleh para imam yang telah menguduskan diri (Bilangan 18:11-13). Imam di Nob, Daud, dan Tuhan Yesus mengetahui hukum dan aturan, namun mereka juga tahu bahwa hukum dan aturan tersebut adalah untuk kebaikan umat, bukan untuk mencelakai umat. Saat nyawa terancam karena lapar, maka imam, Daud, dan Yesus Kristus tahu bahwa nyawa harus lebih diutamakan daripada aturan.
Rincian aturan hari Sabat yang dibuat oleh para ulama Yahudi dipandang bersifat mengikat dan harus dilakukan. Akan tetapi, Tuhan Yesus tahu bahwa aturan berhenti bekerja pada hari Sabat itu dimaksudkan agar umat Allah dapat menikmati istirahat dan menikmati Allah melalui ibadah. Apakah ibadah telah menjadi prioritas Anda?