Setelah serangan teroris pada 11 September 2001 di Amerika Serikat, berbagai media melaporkan bahwa angka kehadiran jemaat di sana meningkat 25 persen. Bencana teror dahsyat yang datang secara mendadak itu menyadarkan banyak orang untuk kembali mencari Tuhan. Sayang, kenaikan jumlah pengunjung gereja itu tidak bertahan lama. Beberapa bulan kemudian, jumlah anggota jemaat yang beribadah di gereja kembali ke jumlah sebelum teror terjadi.
Kitab Yoel menggambarkan umat Allah--yaitu bangsa Yehuda--yang berbalik kepada Allah saat melihat bahwa penghukuman Allah atas umat-Nya terlaksana melalui datangnya tulah belalang (Yoel 1; 2:18-27). Tulah itu merupakan peringatan tentang akan datangnya "hari Tuhan", yaitu hari saat Allah menghukum dosa-dosa umat-Nya. Nabi Yoel--"Yoel" berarti "Yahweh adalah Allah"--memberitakan bahwa hari yang mengerikan itu sudah dekat dan ia menyerukan agar umat Allah bertobat dan datang pada Allah.
"Hari Tuhan" merupakan tema penting dalam kitab Yoel. Frasa "hari Tuhan" muncul lima kali dalam kitab ini (1:15; 2:1,11,31; 3:14). Yoel juga memakai istilah lain untuk merujuk kepada "hari Tuhan", misalnya, "suatu hari," "hari-hari itu," atau "hari itu" (2:2; 3:1). Hari Tuhan bukan hanya menggambarkan hari penghakiman bagi umat Allah (1:15; 2:2,11), melainkan juga hari penghakiman atas bangsa-bangsa lain (3:2). Di samping merupakan hari penghakiman, hari Tuhan dalam kitab Yoel juga merupakan hari penyelamatan bagi umat Allah. Jika seluruh umat menyesal karena dosa-dosa mereka (1:13-20) dan berbalik kepada Allah dengan segenap hati (2:12-13), mereka akan diluputkan dari penghukuman. Oleh sebab itu, meskipun hari Tuhan merupakan hari penghakiman bagi bangsa-bangsa asing, hari itu juga merupakan hari keselamatan bagi umat Allah. Tuhan akan menjadi tempat perlindungan dan benteng bagi umat-Nya (3:15-16).
Tulah belalang yang menimpa Yehuda membuat mereka semakin mengenal Allah, baik mengenal kekudusan-Nya maupun anugerah-Nya. Tulah ini mengingatkan umat-Nya bahwa Allah hadir di tengah mereka dan mereka harus hidup dengan kesadaran tentang kehadiran Allah itu (2:26-27). Anugerah Allah nyata melalui janji tentang pencurahan Roh-Nya pada hari Tuhan, yang melampaui batas-batas gender, etnis, dan kelas sosial (2:28-32). Pencurahan Roh Allah ini, yang digenapi pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2), merupakan bukti kesetiaan Allah pada janji-Nya dan merupakan bukti nyata kehadiran Allah di antara umat-Nya. [Pdt. Johan Djuandy]
Pasal pertama kitab Yoel menggambarkan kengerian penghukuman Allah atas dosa umat Yehuda. Penghukuman itu berwujud tulah belalang. Belalang kelaparan yang jumlahnya tak terhitung dikirim Tuhan untuk menghabiskan semua hasil ladang dan kebun umat-Nya (1:4). Akibatnya, semua tanaman yang menjadi sumber penghidupan dan penggerak ekonomi habis tuntas tanpa sisa (1:7, 10-12, 17-18). Kedahsyatan serangan belalang yang tanpa ampun itu dilukiskan seperti serbuan tentara musuh yang kuat dan bengis (1:6). Penghukuman Allah melalui tulah belalang merupakan peringatan tentang hari Tuhan yang sudah mendekat, yang Yoel sebut sebagai hari "pemusnahan dari Yang Mahakuasa" (1:15).
Kengerian penghakiman Allah bertujuan untuk menyadarkan umat-Nya agar bertobat dan kembali kepada Allah. Nabi Yoel berseru agar mereka meratap dan berkabung sebagai tanda pertobatan (1:5, 8-9). Secara khusus, para imam dipanggil untuk melakukan perkabungan nasional dan puasa, karena tidak ada lagi persembahan yang bisa dibawa kepada Allah akibat dari tulah belalang itu (1:13-14). Nabi Yoel sendiri secara pribadi dan mewakili umat Allah berseru kepada Allah memohon anugerah-Nya. Allah telah memulai tulah mengerikan ini, dan hanya Dia yang sanggup menghentikannya dan memulihkan orang-orang Yehuda dari bencana dahsyat yang sedang terjadi.
Apa yang terjadi pada bangsa Yehuda ini adalah pembelajaran penting bagi umat Allah sepanjang sejarah. Pertama, Allah kita itu maha kudus dan tidak akan membiarkan dosa tanpa penghakiman. Dosa selalu mempunyai konsekuensi besar. Umat Allah harus menghormati kekudusan Allah dan hidup dalam kebenaran. Kedua, ritual agama tanpa pertobatan adalah tidak berguna. Yehuda terlihat masih aktif mempersembahkan kurban kepada Allah, tetapi hatinya jauh dari pada-Nya. Maka, melalui tulah belalang ini, Allah menghancurkan segala sumber materi persembahan mereka sehingga segala korban sajian dan korban curahan tertahan (1:13). Ketiga, meskipun Allah menghukum umat-Nya karena dosa, selalu ada anugerah Allah yang besar dan kesempatan untuk bertobat. Tulah belalang ini bukan untuk menghancurkan Yehuda sehingga mereka tidak bisa bangkit lagi. Sebaliknya, tulah ini adalah peringatan agar mereka kembali kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya. Jangan pernah menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang besar. [Pdt. Johan Djuandy]