Pelayanan adalah respons terhadap kebutuhan! Terhadap orang yang lapar, kita harus memberi makanan. Terhadap orang yang kesepian, kita harus memberi perhatian. Terhadap orang yang sedih, kita harus memberi penghiburan. Terhadap orang yang kebingungan, kita harus menunjukkan jalan. Terhadap orang yang sakit, kita harus memberi pengobatan. Terhadap orang yang menyadari bahwa dirinya berdosa dan memerlukan pengampunan, kita harus menyampaikan berita Injil atau kabar baik tentang pengampunan yang terdapat di dalam Kristus. Dengan demikian, bentuk pelayanan itu beraneka ragam. Karena pelayanan Kristen selalu berawal dari kehendak Allah yang tercermin dalam firman-Nya, kriteria kerohanian selalu melekat dalam bidang pelayanan apa pun (6:2-3).
Setelah dipilih sebagai salah seorang diaken, Stefanus bukan hanya melaksanakan pembagian santunan, tetapi dia melayani secara utuh. Pelayanan Stefanus--yang penuh dengan karunia dan kuasa rohani--disertai dengan terjadinya mujizat dan tanda yang meneguhkan bahwa pelayanannya disertai oleh Tuhan. Kelompok orang Yahudi pendatang yang berusaha menghambat pelayanan Stefanus dengan bersoal jawab pun tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara (6:8-10). Akhirnya, setelah kesabaran mereka habis, mereka menyebarkan hoaks serta berkomplot dengan para tua-tua dan para ahli Taurat untuk menyergap, menyeret, dan membawa Stefanus ke hadapan Mahkamah Agama dengan tuduhan palsu (6:11-14).
Hambatan terhadap pelayanan sebagaimana yang dialami oleh Stefanus ini terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Mula-mula hambatan itu sering berupa pertanyaan yang memojokkan. Bila cara bersoal jawab gagal, mereka yang hendak menghambat pemberitaan Injil mulai menyebarkan hoaks, mencari dukungan massa dan dukungan para pemimpin agama, lalu melakukan kekerasan. Tanpa pertolongan dan kekuatan dari Roh Kudus, pelayanan akan mati. Oleh karena itu, bila gereja masih berdiri tegak sampai hari ini, hal itu menunjukkan bahwa Roh Kudus terus bekerja mulai dari hari Pentakosta sampai hari ini. Apakah gereja tempat Anda beribadah tetap setia melaksanakan pekerjaan pelayanan pada masa pandemi ini? Apakah Anda sendiri juga tetap setia melayani?