Pemberitaan Injil merupakan kerja sama antara para rasul dengan orang-orang percaya biasa, sedangkan Penggerak dan Pemimpin pemberitaan Injil adalah Roh Kudus. Pemberitaan Injil baru dimulai setelah Roh Kudus turun pada hari Pentakosta. Akan tetapi. tugas para rasul bukan hanya memberitakan Injil, melainkan juga mengajar para petobat baru untuk melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus (Matius 20:19-20). Oleh karena itu, para rasul "sulit" untuk meninggalkan Yerusalem. Untuk "memaksa" agar orang percaya bukan hanya menjadi saksi di Yerusalem saja, melainkan juga di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi, Allah membiarkan terjadinya penganiayaan terhadap para pengikut Kristus oleh orang-orang Yahudi yang tidak menyukai pemberitaan Injil. Penganiayaan itu seperti minyak yang disiramkan ke api. Banyak pengikut Kristus yang meninggalkan Yerusalem dan tersebar ke berbagai tempat. Mereka tidak membiarkan diri mereka dikuasai oleh perasaan ketakutan. Ke mana pun mereka pergi, mereka memberitakan Injil (Kisah Para Rasul 8:1b,4).
Di antara anggota jemaat Yerusalem yang tersebar, ada yang melintasi daerah Fenisia dan terus menuju ke Siprus dan Antiokhia. Mula-mula, yang menjadi sasaran pemberitaan Injil hanya orang-orang Yahudi saja (11:19). Perhatikan kemiripan sikap ini dengan keragu-raguan Rasul Petrus dalam merespons undangan memberitakan Injil kepada Kornelius dan orang-orang bukan Yahudi yang berkumpul di rumahnya (pasal 10). Akan tetapi, beberapa orang Siprus dan orang Kirene memelopori pemberitaan Injil kepada orang Yunani, dan sejumlah besar orang menjadi percaya (11:19-21). Perhatikan pula bahwa pemberitaan Injil di Antiokhia dilakukan oleh orang-orang percaya biasa, bukan oleh para rasul! Setelah kesuksesan pemberitaan Injil di Antiokhia didengar jemaat di Yerusalem, mereka mengutus Barnabas ke Antiokhia untuk membina jemaat di sana. Agar bisa melayani dengan lebih baik, Barnabas pergi ke Tarsus menjemput Saulus untuk direkrut sebagai rekan kerja dalam melayani jemaat Antiokhia. Di masa pandemi ini, ruang gerak kita terbatas, tetapi pengelolaan waktu menjadi lebih fleksibel. Pemberitaan Injil masih tetap bisa dilakukan secara pribadi oleh setiap anggota jemaat. Apakah Anda meniru jemaat mula-mula dan memakai kesempatan yang ada untuk memberitakan Injil?