Kita berharap bahwa tantangan dalam pelayanan misi akan segera terselesaikan secara tuntas sesudah kita berdoa memohon pertolongan Tuhan. Akan tetapi, kenyataan yang kita hadapi tidak selalu demikian. Di kota Filipi, Rasul Paulus dijebloskan ke dalam penjara, lalu diminta untuk meninggalkan kota itu. Ia tidak menghentikan perjalanan misinya, melainkan meneruskan perjalanan ke kota kota kedua di Makedonia, yaitu kota Tesalonika. Bila di Filipi tidak terlalu banyak orang Yahudi--sehingga di sana tidak ada sinagoge atau rumah ibadat orang Yahudi, yang ada hanya tempat sembahyang bagi orang Yahudi atau pemeluk agama Yahudi--di Tesalonika terdapat cukup banyak orang Yahudi. Saat Rasul Paulus memberitakan Injil di sinagoge, beberapa orang Yahudi dan sejumlah besar orang Yunani yang menganut agama Yahudi serta beberapa perempuan terkemuka--mungkin istri pejabat setempat--menjadi percaya. Sayangnya, orang-orang Yahudi menjadi iri saat melihat keberhasilan pemberitaan Injil Rasul Paulus, lalu menghasut beberapa preman untuk membuat kerusuhan. Oleh karena itu, orang percaya di Tesalonika menganjurkan agar Rasul Paulus dan Silas mengungsi ke kota ketiga di Makedonia, yaitu Berea. Orang Yahudi di Berea lebih terbuka terhadap berita Injil sehingga banyak di antara mereka yang menjadi percaya, termasuk cukup banyak perempuan terkemuka dan pria Yunani. Sayangnya, orang-orang Yahudi di Tesalonika yang melihat perkembangan tersebut menjadi iri, lalu menghasut dan membuat gelisah para pengikut Kristus, sehingga Rasul Paulus mengungsi lagi ke Atena yang terletak di wilayah Akhaya.
Walaupun pelayanan Tim Misi Rasul Paulus di wilayah Makedonia itu mendapat banyak hambatan yang beruntun, pekerjaan Allah tak bisa dihalangi. Tidak ada informasi tentang kelanjutan pelayanan di kota Berea. Akan tetapi, kondisi gereja di Tesalonika tercermin dalam surat-surat Tesalonika. Walaupun menghadapi penganiayaan yang berat, jemaat Tesalonika berhasil menjadi jemaat teladan di wilayah Makedonia dan Akhaya. Iman mereka terwujud dalam perbuatan, kasih mereka terpancar dalam apa yang mereka kerjakan, dan pengharapan mereka membuat mereka tetap bertekun saat menghadapi penganiayaan (Lihat 1 Tesalonika 1). Bagaimana dengan gereja Anda: Apakah Anda dan gereja Anda tetap tekun menjalankan misi di tengah pandemi ini?