Rasul Paulus berharap agar bisa tiba di Yerusalem sebelum hari raya Pentakosta. Walaupun beliau tidak membiarkan dirinya terikat dengan peraturan Taurat, beliau tidak menentang budaya Yahudi. Rasul Paulus ingin tiba di Yerusalem sebelum hari raya Pentakosta karena hari raya itu adalah waktu untuk berkumpul bagi orang Yahudi yang berada di perantauan. Akan tetapi, pelayanan di Efesus adalah pusat pelayanan misi yang sangat penting. Kemungkinan, gereja-gereja di Provinsi Asia selain jemaat Efesus--yaitu jemaat di Kolose, Laodikia, Hierapolis, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, dan Filadelfia (Kolose 4:13; Wahyu 2-3)--adalah hasil pelayanan misi gereja di Efesus. Selain itu, Rasul Paulus merasa bahwa kemungkinan, ia sudah tidak bisa berkunjung ke Efesus lagi (20:25). Oleh karena itu, Rasul Paulus memanggil para penatua jemaat Efesus untuk datang ke Miletus, agar ia bisa memberi pesan-pesan penting sebelum melanjutkan perjalanan ke Yerusalem:
Pertama, Rasul Paulus menguraikan kualitas hidup dan pelayanannya (20:18-21,26-27,31,34-35) bukan agar dia dihormati, tetapi agar apa yang telah dia ajarkan diyakini sebagai kebenaran serta dipakai sebagai pegangan dalam hidup, dan apa yang telah dia lakukan dipandang sebagai teladan untuk ditiru (bandingkan dengan Filipi 4:9; 2 Timotius 1:13; 3:10,14). Kedua, Rasul Paulus mengemukakan komitmennya untuk mengikuti pimpinan Roh Kudus--beliau menyebut dirinya sebagai "tawanan Roh Kudus"--dan hal itu berarti bahwa beliau siap untuk dipenjarakan serta mengalami sengsara, bahkan beliau rela kehilangan nyawa (20:22-24). Ketiga, Rasul Paulus memberi tugas kepada para penatua di gereja Efesus untuk meneruskan pelayanan yang telah beliau lakukan selama tiga tahun dalam hal menggembalakan jemaat dan melindungi jemaat dari ajaran sesat. Beliau menegaskan bahwa apa yang telah beliau lakukan terhadap jemaat di Efesus merupakan teladan untuk mereka ikuti (20:28-35).
Pelayanan Rasul Paulus kepada jemaat Efesus merupakan teladan seorang hamba Tuhan yang sejati. Beliau bekerja keras siang malam dengan mencucurkan air mata. Akan tetapi, Beliau tidak membuat jemaat bergantung pada dirinya, melainkan pada Tuhan, dan beliau menyerahkan pelayanan jemaat kepada penerusnya! Apakah pergantian pemimpin di gereja Anda juga berlangsung seperti ini?