Setelah tiba di Yerusalem, Rasul Paulus mengunjungi Yakobus yang merupakan pimpinan jemaat di Yerusalem, lalu menceritakan pengalamannya dalam melayani bangsa-bangsa non-Yahudi. Di satu sisi, pengalaman itu membuat orang-orang Kristen di Yerusalem memuliakan Allah. Di sisi lain, telah berkembang hoaks bahwa Rasul Paulus mengajar orang Yahudi di perantauan untuk meninggalkan hukum Musa, termasuk melarang sunat. Oleh karena itu, Rasul Paulus mengikuti saran jemaat Yerusalem agar menjalankan tradisi pentahiran guna mengakhiri nazar, sehingga hoaks tersebut bisa ditangkal (21:17-26). Akan tetapi, ternyata bahwa orang-orang Yahudi dari Asia yang melihat kehadiran Rasul Paulus langsung menghasut massa dan membuat keributan, sehingga kepala pasukan Romawi di Yerusalem memerintahkan para prajuritnya untuk "mengamankan" Rasul Paulus (21:27-33). Sikap Rasul Paulus yang berbicara bahasa Yunani dengan kepala pasukan (21:37) dan berbicara bahasa Ibrani (21:40) dengan orang banyak memperlihatkan bahwa Rasul Paulus selalu berusaha menyesuaikan diri dengan orang lain.
Dalam pidato yang disampaikannya kepada orang banyak, Rasul Paulus memakai pola yang sudah umum beliau lakukan: Pertama, Rasul Paulus memulai pidatonya dengan mengemukakan kesamaan antara dirinya dengan pendengarnya, yaitu bahwa dia adalah orang Yahudi yang mendapat pendidikan tentang hukum Taurat di bawah bimbingan Gamaliel, seorang ulama yang dihormati oleh masyarakat Yahudi saat itu. Dia juga mantan seorang yang sangat bersemangat menganiaya orang-orang Kristen (22:1-5). Kedua, Rasul Paulus menceritakan tentang pertobatannya saat bertemu dengan Tuhan Yesus di jalan menuju ke Damsyik (22:6-16). Ketiga, Rasul Paulus menceritakan panggilannya untuk melayani bangsa-bangsa lain (22:17-21). Sayangnya, kesaksian panggilan ini membuat kemarahan massa kembali meledak (22:22).
Rasul Yohanes berkata, "Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu." (1 Yohanes 3:13). Perkataan ini senada dengan perkataan Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:19. Sepanjang sejarah, gereja tidak pernah bisa menghindar dari adanya pembenci kekristenan. Percayakah Anda bahwa walaupun selalu ada pembenci kekristenan, Allah selalu melindungi umat-Nya? Gereja tetap ada bukan karena tidak ada yang membenci, tetapi karena Allah melindungi gereja!