Walaupun Rasul Paulus rela menderita, ia tidak mencari penderitaan. Ia memprotes perwira yang diperintahkan untuk melaksanakan pencambukan terhadap dirinya dengan menuntut haknya sebagai warga negara Romawi untuk diadili lebih dahulu bila hendak dicambuk (22:25). Tujuan kedatangannya ke Yerusalem bukan untuk mencari penderitaan. Bagi orang Kristen, penderitaan bukanlah tiket atau sarana untuk masuk ke sorga, walaupun penderitaan diakui sebagai bisa mengerjakan kemuliaan kekal yang amat berharga (2 Korintus 4:7). Oleh karena itu, bila ia harus menderita demi pemberitaan Injil, Rasul Paulus telah siap!
Sikap memusuhi yang diungkapkan oleh orang-orang Yahudi yang membenci misi Kristen adalah sesuatu yang tak bisa dihindarkan. Mereka beranggapan bahwa diri merekalah yang memiliki kebenaran yang mutlak. Setiap perbedaan pendapat akan dipandang sebagai suatu kesalahan atau kesesatan. Oleh karena itu, Rasul Paulus berusaha meredam sikap memusuhi terhadap dirinya dengan menjelaskan bahwa sebenarnya dirinya juga termasuk seorang Farisi dan keturunan orang Farisi yang mengharapkan kebangkitan orang mati (Kisah Para Rasul 23:6). Sebenarnya, orang Farisi memang berbeda paham dengan orang Saduki yang tidak memercayai kebangkitan orang mati serta menganggap malaikat dan roh itu tidak ada. Oleh karena itu, pengakuan Rasul Paulus di atas membuat beberapa ahli Taurat dari golongan Farisi berbalik membela Rasul Paulus, sehingga terjadilah perpecahan di antara orang Farisi dan orang Saduki yang sebelumnya bersatu untuk mencari kesalahan Rasul Paulus. Perpecahan itu mengakibatkan terjadinya keributan besar, sehingga akhirnya kepala pasukan kembali memerintahkan pasukannya untuk mengamankan Rasul Paulus (23:7-10). Dalam keadaan yang kacau dan menegangkan itu, Tuhan menguatkan Rasul Paulus untuk tetap pergi menjadi saksi di kota Roma (23:11).
Pengalaman seperti yang dialami oleh Rasul Paulus--yaitu adanya para pembenci misi Kristen yang mencari-cari kesalahan--terus berulang di sepanjang sejarah sampai saat ini, walaupun pelakunya berbeda. Dunia terus mengamati orang Kristen, sehingga orang Kristen yang sejati harus berusaha menjalani cara hidup yang baik agar tidak bisa dicela dan difitnah (bandingkan dengan 1 Petrus 2:12). Apakah Anda sudah menjalani cara hidup yang baik?