Sebelum ditangkap, Rasul Paulus pernah mengungkapkan keinginan atau rencana untuk berkunjung ke Roma (19:21). Sehari sesudah beliau ditangkap pasukan Romawi, Tuhan datang berdiri di sisinya dan berkata kepadanya, "Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma." (23:11). Dorongan itu menunjukkan bahwa Tuhan berkenan terhadap keinginan atau rencana ke Roma itu. Sebaliknya, Iblis selalu ingin menentang rencana Allah. Kebencian orang Yahudi terhadap orang Kristen dipakai oleh Iblis sebagai sarana untuk menggagalkan rencana Allah melalui usaha membunuh Rasul Paulus. Sekalipun demikian, Iblis tidak pernah bisa menggagalkan rencana Allah. Setelah rencana membunuh Rasul Paulus pada zaman Gubernur Feliks gagal, orang-orang Yahudi berusaha mengulang rencana pembunuhan itu pada zaman Gubernur Festus. Ketidaktegasan Gubernur Feliks dan Gubernur Festus untuk menegakkan kebenaran membuat Rasul Paulus akhirnya memutuskan untuk naik banding kepada kaisar di kota Roma (25:11).
Dari kacamata manusiawi, kita akan beranggapan bahwa Rasul Paulus selalu berada dalam keadaan terancam dan terdesak, sehingga dia "terpaksa" naik banding kepada kaisar Romawi. Akan tetapi, dari sudut pandang iman, keadaan Rasul Paulus yang terancam dan terdesak itu bukanlah keadaan yang memaksa, melainkan keadaan yang dipakai Allah sebagai sarana untuk membawa Rasul Paulus ke kota Roma di bawah pengawalan para prajurit Romawi. Keadaan berada dalam penjara di Kaisarea selama dua tahun pada masa pemerintahan Gubernur Feliks pun (24:27) bisa kita pandang sebagai kesempatan bagi Rasul Paulus untuk beristirahat dari pelayanan rutin dan melaksanakan pelayanan khusus, yaitu menulis surat-surat yang bukan hanya berguna bagi jemaat pada masa itu, tetapi juga menjadi bagian firman Tuhan yang menjadi pegangan bagi orang Kirsten pada masa kini.
Bagaimana cara pandang Anda terhadap pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada masa kini? Apakah Anda beranggapan bahwa Allah terdesak sehingga Dia terpaksa membiarkan umat-Nya beribadah di rumah? Atau sebaliknya, apakah Anda meyakini bahwa Allah sedang melaksanakan rencana-Nya melalui pandemi ini?