Perkataan di awal Kitab 1 Raja-Raja, "Raja Daud telah tua dan lanjut umurnya" menunjukkan bahwa penulis bermaksud mempertahankan kesinambungan dengan kitab 1-2 Samuel. Perbedaan gaya penulisan menunjukkan bahwa penulis 1-2 Samuel berbeda dengan penulis 1-2 Raja-Raja. Dalam kanon Alkitab Ibrani, 1-2 Raja-Raja merupakan satu kitab. Saat Perjanjian Lama diterjemahkan ke bahasa Yunani pada tahun 200 BC, kitab-kitab ini terlalu panjang dan berat bila ditulis dalam satu gulungan tunggal, sehingga kitab ini dibagi menjadi dua. Kitab 1-2 Raja-Raja menceritakan kisah perkembangan Kerajaan Israel yang dari waktu ke waktu semakin merosot, sampai akhirnya dihancurkan oleh tentara musuh.
Dalam bahasa Ibrani, kitab 1-2 Raja-raja disebut "Kerajaan-kerajaan" Israel, bukan "Raja-Raja." Kata "kerajaan" merujuk pada pemerintahan seorang raja yang didefinisikan dalam kerangka otoritas dan pemerintahan. Para raja Israel berkuasa mutlak. Mereka membuat peraturan. Pada masa itu, tidak ada parlemen, pemungutan suara, maupun partai oposisi. Raja memerintah dengan membuat keputusan, bukan melalui debat. Raja berkuasa mutlak terhadap bawahan, sehingga karakter dan perilaku raja akan membentuk karakter dan perilaku masyarakat pada masa pemerintahannya. Raja Israel akan berdiri sebagai wakil bangsa di hadapan Tuhan, sekaligus sebagai wakil Tuhan di hadapan bangsanya.
Walaupun menguraikan sejarah politik, ekonomi, dan militer, sebenarnya penulis tidak menekankan hal-hal itu. Pusat perhatian penulis adalah pada kualitas rohani dan moral seorang raja. Kualitas rohani berkaitan dengan penyembahan orang Israel, baik kepada TUHAN maupun kepada dewa-dewi. Kualitas moral berkaitan dengan rasa keadilan dan moralitas raja atau lawan-lawannya. Selain itu, Kitab 1-2 Raja-Raja memperlihatkan kenyataan bahwa tangan Allah yang memelihara sedang bekerja dalam kehidupan umat-Nya. Kita dapat merasakan kehadiran Allah sebagai Raja yang sesungguhnya atas Israel, sekalipun Ia tidak kelihatan. Sekalipun kitab ini mengandung "kegelapan"--meninggalkan Allah, dosa, dan hukuman--kitab ini juga mengandung harapan, yaitu bahwa Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Allah telah berjanji untuk menjaga garis kerajaan Raja Daud dan Ia memenuhi janji-Nya. Dengarkanlah Dia agar kita tidak mengalami kemunduran rohani! Bangunlah kerinduan bahwa suatu hari nanti, Tuhan Yesus akan dilihat oleh semua orang di dunia ini sebagai Raja Terakhir dan Raja Teragung! [Sung]
Cerita ini dimulai dengan mengontraskan Raja Daud dan Adonia. Raja Daud sudah tua, lemah, dan kurang sehat, sedangkan Adonia berambisi, bergaya, berperawakan elok, serta didukung oleh Yoab dan Imam Zadok. Tampaknya, penulis memandang Adonia secara negatif, yaitu sekelas dengan Absalom, Saul, dan Eliab yang penampilan fisiknya mengesankan dan berpotensi menjadi raja, tetapi akhirnya menjadi sumber bencana dan ditolak oleh Allah. Raja Daud tidak pernah menegur Adonia. Hal ini mencerminkan bahwa Raja Daud memandang Adonia sebagai seorang yang baik. Melalui kisah tentang Adonia, penulis menyampaikan bahwa Kerajaan Israel sering melewati saat-saat genting di dunia ini. Dalam situasi saat Raja Daud hampir meninggal, muncul situasi kritis. Kesalahan mengambil langkah dapat menimbulkan bencana. Kerajaan Israel dapat menderita karena kepemimpinan yang tidak memenuhi syarat. Penulis melihat bahwa Adonia tidak memenuhi syarat untuk memimpin Kerajaan Israel.
Adonia mengundang semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua orang Yehuda, pegawai-pegawai raja untuk mengangkat dirinya sebagai raja, tetapi Nabi Natan, Benaya dan para pahlawan, serta Salomo--yang tidak mendukung rencana kudeta--tidak ikut diundang (1:9-11). Lalu, Nabi Natan mengingatkan Batsyeba--ibu Salomo--bahwa Raja Daud harus diberi tahu tentang hal itu. Raja Daud telah bersumpah kepada Batsyeba bahwa Salomolah yang akan menggantikannya menjadi raja. Adonia juga tahu bahwa Raja Daud menyukai Salomo, sehingga Salomo tidak dia undang ke pestanya. Jika telah menjadi raja, Adonia pasti akan menyingkirkan Salomo (1:12,21). Pada akhirnya, Raja Daud mengetahui apa yang tidak dia ketahui sebelumnya.
Peran Nabi Natan sangat penting. Dialah yang memahami seluruh peristiwa yang telah berlangsung. Dia harus campur tangan dan mendorong Raja Daud untuk bertindak melindungi Batsyeba dan Salomo dari kematian yang hampir pasti. Kisah ini memberikan tantangan kepada kita untuk berani bertindak semestinya bila kita mengetahui apa yang benar, sekalipun tindakan tersebut berisiko. Bila kita merasa tidak berdaya, paling sedikit kita bisa terus berdoa. Apakah Anda telah membangun niat baik dan mempertahankan rasa marah saat melihat kejahatan? Apakah Anda selalu berusaha berbuat baik? [Pdt. Sumito Sung]