Allah kita dapat dikenal, tetapi juga bisa dianggap sebagai tidak dapat dikenal, tergantung dari sudut pandang kita dalam melihat. Kadang-kadang, Allah menyatakan diri-Nya, tetapi kadang-kadang Dia menyembunyikan diri-Nya. Hari ini, kita akan merenungkan kejelasan serta kemisteriusan Allah. Kemisteriusan Allah terlihat saat para imam keluar setelah memasang tabut perjanjian di tempat kudus, dalam wujud kedatangan awan yang memenuhi rumah Tuhan (8:10). Awan itu membuat para imam harus menunda pekerjaan mereka. Perkataan "kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN" (8:11) menunjukkan bahwa "awan" itu memperlihatkan "kemuliaan" Allah. Allah jelas ada di dalam awan, tetapi Allah tidak terlihat. Awan menandai kehadiran Allah, sekaligus menyembunyikan Allah. Raja Salomo berkata, "Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman". Dalam Alkitab versi Firman Allah yang Hidup, kata "kekelaman" itu diterjemahkan menjadi "kegelapan yang pekat". Awan yang gelap dan pekat menyembunyikan Allah. Ada banyak hal yang tidak dapat kita lihat dan kita ketahui tentang Dia.
Kejelasan Allah terlihat dalam ayat 9, "Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb, yakni loh-loh batu bertuliskan perjanjian yang diadakan TUHAN dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir." Di satu sisi, Allah membuat perkataan-Nya dan keinginan-Nya menjadi jelas di dalam tabut perjanjian yang menyimpan tulisan berisi 10 perintah dengan kata-kata Ibrani yang tertulis dengan jelas. Di sisi lain, Allah menutupi kehadiran-Nya dalam awan yang menampilkan dan sekaligus menyembunyikan kemegahan TUHAN. Meskipun TUHAN tidak mengungkapkan diri-Nya dengan cara yang benar-benar transparan, Dia membuat keinginan-Nya menjadi jelas bagi umat-Nya dalam tulisan di loh-loh batu. Awan menunjukkan ketidakjelasan TUHAN, sedangkan loh-loh batu menunjukkan kejelasan kehendak-Nya. Awan menyiratkan bahwa kita tidak dapat mengenal Dia secara mendalam, sedangkan loh-loh batu menunjukkan bahwa kita bisa mengenal Dia secara memadai. Allah memuaskan kebutuhan kita akan kejelasan, bukan memuaskan hasrat keingintahuan kita. Meskipun kita tidak dapat melihat Allah, kita memiliki Alkitab. Apakah Anda telah bertekun membaca Alkitab agar semakin mengenal kehendak-Nya?