Raja Yerobeam memerintah di Kerajaan Israel Utara selama 22 tahun. Akhir pemerintahannya tragis. Putranya--yaitu Abia--sakit parah. Kepedulian terhadap kesembuhan putranya menimbulkan dugaan bahwa Abia adalah putra tertua yang merupakan putra mahkota. Kekhawatiran tentang keadaan putranya membuat ia mencari petunjuk Tuhan melalui Nabi Ahia. Akan tetapi, dia sudah lama tidak berhubungan dengan Nabi Ahia dan dia tidak mau bertanya secara langsung. Oleh karena itu, dia mengutus istrinya untuk menyamar dan meminta petunjuk Nabi Ahia. Dia yakin bahwa Tuhan akan memberi tahu tentang apa yang akan terjadi pada anaknya.
Rencana Raja Yerobeam gagal karena Tuhan telah memberi tahu Nabi Ahia tentang penyamaran itu. Sang ratu terkejut saat mengetahui bahwa Nabi Ahia yang penglihatannya sudah kabur itu mengenali dirinya. Setelah menubuatkan kematian sang putra raja, Nabi Ahia menyampaikan rasa sakit hati Allah yang disebabkan oleh perbuatan Raja Yerobeam membuat patung anak lembu emas, lalu menubuatkan kematian Raja Yerobeam dan seluruh keturunannya yang amat tragis. Orang yang akan dibangkitkan untuk melenyapkan keturunan Raja Yerobeam adalah Baesa (14:14; 15:25). Dia mendapat teguran yang sangat keras dan tidak mendapat nasihat apa pun. Raja Yerobeam membuat Tuhan amat marah. Kemarahan Tuhan bukanlah emosi yang mendadak muncul. Tuhan marah karena Ia selalu menentang kejahatan. Kemarahan Tuhan mengungkapkan sikap Tuhan terhadap dosa dan terhadap orang berdosa yang tidak mau bertobat.
Pada akhirnya, Tuhan akan memaparkan karakter kita apa adanya. Kehidupan Raja Yerobeam seperti cermin buat diri kita. Dia mencari firman Tuhan pada saat menghadapi masalah. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa dia menutup telinga terhadap teguran firman Tuhan (1 Raja-raja 13). Sikap mencari Tuhan saat menghadapi krisis atau saat berada dalam keadaan terpojok itu tidak salah (lihat Mazmur 50:15). Akan tetapi, kita juga harus mencari Tuhan dalam rutinitas kehidupan sehari-hari. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda mencintai Tuhan? Apakah Anda mencari, merenungkan, dan melakukan firman-Nya setiap hari dengan penuh sukacita? Ingatlah bahwa Tuhan mengenal pikiran dan niat hati Anda!