Yosafat adalah salah satu dari delapan raja yang baik di Kerajaan Yehuda dan salah satu dari empat raja yang melakukan reformasi. Dia lebih baik dari ayahnya. Akan tetapi, kontribusinya dalam melakukan reformasi rohani kurang bila dibandingkan dengan Raja Hizkia dan Raja Yosia. Raja Yosafat dibicarakan di empat pasal dalam 2 Tawarikh (pasal 17-20), tetapi dalam kitab 1 Raja-raja hanya dibicarakan dalam pasal 22 dan disebut dalam 15:24. Semula, Yosafat hidup dekat dengan Tuhan serta menjauhkan bangsa Yehuda dari bukit pengorbanan dan tiang berhala. Akan tetapi, di kemudian hari, ia membiarkan adanya bukit-bukit pengorbanan (2 Tawarikh 17:6; 20:33; 1 Raja-raja 22:44).
Pemerintahan Raja Yosafat di Kerajaan Yehuda kontras dengan pemerintahan Raja Ahazia di Kerajaan Israel Utara. Yosafat adalah raja yang baik yang memerintah selama 25 tahun, sedangkan Ahazia adalah raja yang jahat yang memerintah selama 2 tahun. Yosafat membuat kapal-kapal Tarsis yang digunakan untuk mengangkut emas dari Ofir, tetapi kapal-kapal itu pecah sehingga gagal berangkat (1 Raja-raja 22:49). Kegagalan ini disebabkan karena Allah tidak berkenan terhadap persekutuan antara Yosafat dan Ahazia (2 Tawarikh 20:35-37). Tampaknya, setelah kapal-kapal itu pecah, Ahazia mengajak Yosafat untuk mencoba lagi, tetapi Yosafat menolak (1 Raja-raja 22:50).
Kerja sama Raja Yosafat yang baik dan Raja Ahazia yang jahat adalah kerja sama yang berbahaya dan negatif dalam pandangan Allah. Sebelumnya, Raja Yosafat bekerja sama dengan Raja Ahab setelah putranya ia nikahkan dengan putri Ahab. Pernikahan ini pun tidak baik! Yoram--putra Raja Yosafat--akhirnya meniru kelakuan Ahab yang jahat, bukan meniru ayahnya yang baik. Dalam 2 Raja-raja 11, Atalya--anak Ahab yang menjadi istri Yoram--hampir memusnahkan seluruh garis keturunan Raja Daud. Bila Allah tidak melakukan intervensi, garis keturunan Daud sudah lenyap. Kisah keluarga Raja Yosafat ini mengingatkan kita agar berhati-hati sebelum mengambil keputusan, khususnya saat kita hendak mengambil keputusan penting seperti memilih pasangan hidup. Apakah Anda selalu mempertimbangkan kehendak Allah dalam hidup Anda sebelum Anda mengambil keputusan penting seperti keputusan menyangkut studi, pernikahan, tempat tinggal, usaha, dan pekerjaan? Kiranya Roh Kudus menolong kita!