Indonesia amat beragam! Tidak mengherankan bahwa yang menjadi semboyan Republik Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika yang artinya adalah "Berbeda-beda, namun tetap satu". Keberbagaian ini perlu dirawat supaya Republik Indonesia tetap utuh. Sayangnya, keberbagaian ini sering diserang oleh orang-orang yang menginginkan keseragaman, terutama keseragaman dalam kehidupan beragama. Karena Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, sangat diperlukan pemimpin yang dapat merangkul semua suku dan golongan.
Dalam sejarah Israel, salah satu peristiwa yang menyedihkan adalah terjadinya perpecahan pada zaman pemerintahan Raja Rehabeam yang membuat Israel terpecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel Utara. Perpecahan ini membuat raja pertama di Kerajaan Israel Utara--yaitu Raja Yerobeam--membuat agama baru, yaitu agama yang menyembah patung anak lembu emas. Perpecahan ini terus berlangsung sampai Kerajaan Israel Utara runtuh. Yang menarik, sesudah Kerajaan Israel Utara runtuh, ada seorang raja Kerajaan Yehuda--yaitu Raja Yosia--yang melakukan reformasi keagamaan yang bukan hanya menyangkut kebobrokan keagamaan di Kerajaan Yehuda, tetapi juga menyangkut kebobrokan keagamaan di Kerajaan Israel Utara (2 Raja-raja 23:15,19). Reformasi keagamaan ini akan kita renungkan kembali dalam renungan GeMA tanggal 30 Agustus.
Di awal sejarah kekristenan, salah satu masalah besar yang harus diselesaikan adalah bagaimana merangkul orang non-Yahudi tanpa mengakibatkan konflik dengan orang Yahudi, khususnya dalam hal sikap terhadap hukum Taurat. Oleh karena itu, dalam pelayanannya, Rasul Paulus selalu berusaha menyesuaikan diri dengan orang yang ia layani, baik dengan orang Yahudi yang mengikuti hukum Taurat maupun dengan orang non-Yahudi yang tidak mengenal hukum Taurat. Rasul Paulus menanggalkan kebebasannya dan memilih untuk menyesuaikan diri agar dia bisa melayani sebanyak mungkin orang (1 Korintus 9:19-22).
Menyesuaikan diri supaya bisa memimpin banyak orang dengan beragam latar belakang bukan hanya diperlukan oleh pemimpin negara, tetapi juga oleh pemimpin gereja, bahkan juga oleh pemimpin perusahaan. Seorang pemimpin dalam konteks yang beragam harus berusaha merangkul semua kelompok. Apakah Anda sudah berusaha merangkul setiap orang yang berada dalam lingkup kepemimpinan Anda?