Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Kematian makin lama makin mendekat! Di akhir tahun 2019, berita kematian yang dahsyat datang dari kota Wuhan, Tiongkok. Kota itu dikucilkan, hubungan dengan kota-kota lain diputuskan agar kematian tidak menjalar ke tempat lain. Akan tetapi, penyebaran virus Corona tidak terbendung. Virus itu menyebar ke banyak negara! Indonesia tetap tenang sebelum virus memasuki negeri kita. Kita baru terkejut saat virus masuk ke Jakarta, lalu menyebar ke kota-kota lain di Indonesia sambil membawa kematian. Sekalipun demikian, jumlah kasus di Indonesia masih relatif kecil dibandingkan di Eropa atau di Amerika, sehingga rakyat Indonesia relatif tenang. Kita panik saat jumlah kasus meningkat tajam pada masa liburan panjang. Rumah sakit penuh, korban berjatuhan, dan tenaga medis mengeluh kelelahan. Setelah krisis pertama mereda, krisis kedua muncul pada bulan Juli 2021. Krisis yang kedua ini lebih mengerikan ketimbang krisis yang pertama. Wilayah pemakaman--terutama di Jakarta--diperluas. Tempat kremasi baru dibangun. Krisis kesehatan ini diperberat oleh krisis ekonomi. Beban pemerintah sangat berat. Kepedulian sosial yang muncul di mana-mana sangat mengharukan, tetapi hoaks pun merajalela. Di satu sisi, kita harus ikut bersatu menanggung beban. Di sisi lain, kita juga harus bersatu memohon belas kasihan dan pertolongan Tuhan.
Pada edisi ini, kita akan bersama-sama membaca serta merenungkan kitab Nabi Yeremia dan kitab Ratapan, serta mengikuti seri renungan khusus dalam rangka memperingati Hari Reformasi. Tugas Nabi Yeremia amat berat. Ia harus memberitakan rencana datangnya hukuman Tuhan. Yang membuat tugas itu berat adalah karena dia harus melawan nabi-nabi palsu yang menyampaikan berita yang menyesatkan, namun enak didengar. Kitab Ratapan mengungkapkan ratapan Nabi Yeremia terhadap keruntuhan kota Yerusalem. Ratapan ini sekaligus merupakan doa yang mengungkapkan pengharapan di tengah penderitaan. Tibanya pembacaan Alkitab sampai kepada kitab Nabi Yeremia dan kitab Ratapan ini mungkin merupakan cara Tuhan untuk mendorong kita agar tekun berdoa dan berpegang pada pengharapan yang kita miliki di tengah penderitaan. Melalui seri renungan Reformasi, kita diingatkan bahwa gereja harus berkarya di segala situasi, termasuk dalam situasi yang sulit seperti saat ini. Semoga GeMA tetap bisa menjadi berkat bagi kita semua.
Nabi Yeremia adalah putra seorang imam yang lahir dan dibesarkan di Anatot--desa para imam yang letaknya 5 km di sebelah Timur Laut Yerusalem--pada masa pemerintahan Raja Manasye yang jahat. Ia mulai melayani sebagai nabi pada tahun ke-13 masa pemerintahan Raja Yosia yang baik. Ia mendukung gerakan pembaruan yang dilakukan Raja Yosia. Akan tetapi, ia segera sadar bahwa gerakan itu tidak menghasilkan perubahan yang sungguh-sungguh dalam hati umat Tuhan. Nabi Yeremia mengingatkan bahwa tanpa pertobatan nasional yang sejati, kedatangan hukuman dan pemusnahan tidak akan terelakkan. Konsekuensi buruk akan dialami jika umat Tuhan terus hidup melanggar perjanjian dengan Allah.
Pada dasarnya, kitab Yeremia adalah kumpulan nubuat Nabi Yeremia yang dialamatkan kepada bangsa Yehuda (2:1-29:32) serta kepada sembilan bangsa asing lainnya (46:1-51:64). Nubuat-nubuat ini terutama berpusat pada hukuman, tetapi ada beberapa nubuat yang membahas pemulihan (pasal 30-33). Pelayanan Nabi Yeremia mencakup masa 40 tahun terakhir sejarah Yehuda. Ia adalah salah satu nabi dengan masa pelayanan yang panjang, Ia hidup di zaman 6 raja Yehuda dan menyaksikan kehancuran bangsanya melalui tiga kali penyerbuan Babel ke Yerusalem hingga kejatuhan kota itu tahun 589 SM. Ia adalah saksi peristiwa pembuangan bangsa Yehuda. Tugas untuk bernubuat kepada bangsa Yehuda selama tahun-tahun akhir dari kemunduran dan kejatuhan Kerajaan Yehuda membuat kitab Yeremia penuh dengan nuansa kesuraman dan firasat buruk.
Yeremia adalah "nabi peratap," yang berduka atas dosa dan kehancuran bangsanya. Penderitaannya makin mendalam saat firman Allah ditolak dengan angkuh oleh kerabat dan sahabat, imam dan raja, serta sebagian besar bangsa Yehuda. Walaupun seumur hidup ditolak, ia sangat tegas dan berani. Sekalipun menghadapi perlawanan berat, ia melaksanakan panggilan dan tugas sebagai juru bicara Allah dengan tekun dan setia. Ia adalah teladan bagi sikap kesungguhan yang mendalam. Ia menderita tanpa henti karena memberitakan amanat Allah tanpa takut dan tanpa kenal lelah. Sekalipun harus berkhotbah kepada telinga yang tuli dan kasihnya terhadap orang-orang sebangsanya hanya menuai kebencian, ia tetap setia. Bagaimana dengan Anda? Anda adalah juru bicara Allah. Apakah Anda tetap tekun dan setia memberitakan firman Allah di tengah beban yang amat berat? Apakah Anda rela untuk tidak kenal lelah bersaksi dan menderita demi Injil? [GI Jokhana]
Setiap atasan yang bijaksana pasti akan memilih orang yang tepat untuk pekerjaan yang tepat, karena setiap pekerjaan membutuhkan kualifikasi dan spesifikasi tertentu untuk menanganinya. Oleh karena itu, para atasan harus mengenal dan mempersiapkan bawahannya yang berpotensi dan bisa diandalkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu.
Pasal pertama kitab Yeremia dimulai dengan panggilan Allah kepada Yeremia. Tuhan tidak keliru atau sembarangan saat menunjuk Yeremia sebagai pembawa suara Tuhan bagi umat-Nya. Tuhan telah mempersiapkan Yeremia sejak kekekalan, yaitu sebelum ia berada dalam kandungan ibunya (1:5). Saat memanggil Yeremia, Tuhan berkata bahwa Ia telah "mengenal, menguduskan, dan menetapkan" Yeremia sebagai hamba-Nya. Pernyataan Allah kepada Yeremia itu mengungkapkan beberapa kebenaran: Pertama, kita dipilih untuk menggenapi tujuan-Nya. Kedua, kita dipanggil secara pribadi untuk melaksanakan tujuan-Nya. Ketiga, kita dipisahkan dari dunia untuk melakukan kehendak-Nya. Keempat, secara khusus, kita dipanggil untuk melakukan pekerjaan-Nya.
Sekalipun Yeremia menyatakan keberatan karena merasa tidak mampu (1:6), Tuhan mengatakan bahwa Ia akan mendampingi saat Yeremia menjalankan tugasnya (1:7-8). Yeremia hanya perlu taat karena Yeremia harus melayani dengan cara Allah, bukan dengan caranya sendiri. Tugas utama Yeremia adalah menyampaikan firman Allah dan ia akan pergi dengan kekuatan dari Allah. Tuhan tahu bahwa Yeremia akan terus-menerus berjuang memberitakan firman-Nya, walaupun pemberitaannya selalu mendapat penolakan. Hampir tidak ada orang yang mau mendengar berita yang disampaikannya. Sekalipun demikian, Yeremia dituntut untuk setia menjalankan tugas menyampaikan firman Tuhan (1:9-10,17). Yeremia adalah potret seorang nabi sejati di antara ribuan nabi palsu yang tidak setia pada firman Allah.
Memahami panggilan Allah kepada Nabi Yeremia bukan hanya sangat penting untuk memahami keseluruhan kitab Yeremia, tetapi juga untuk memahami panggilan kita sendiri sebagai pemberita Injil kerajaan Allah. Seperti Nabi Yeremia, semua orang percaya wajib melaksanakan Amanat Agung Kristus (Matius 28:19-20; 2 Timotius 4:2). Apakah Anda setia kepada Allah yang telah memanggil dan memperlengkapi diri Anda? [GI Jokhana]