Setelah memerintahkan Nabi Yeremia mengunjungi tukang periuk untuk melihat cara mendaur ulang bejana yang rusak menjadi bejana baru yang sempurna (pasal 18), Tuhan memerintahkan Nabi Yeremia untuk membeli sebuah buli-buli--sejenis guci dari tanah liat (19:1)--untuk dipecahkan di Tofet, yaitu bukit pengorbanan atau tempat penyembahan yang terletak di Lembah Ben-Hinom. Di sana, bangsa Israel melakukan perzinahan rohani dengan mempersembahkan korban kepada dewa-dewa asing, termasuk mengorbankan anak sebagai korban bakaran untuk Dewa Baal dan Dewa Molokh (19:4-5). Pemilihan Tofet di Lembah Ben-Hinom sebagai tempat memecahkan buli-buli--sebagai simbol dijatuhkannya hukuman Tuhan kepada umat Yehuda--bukanlah suatu kebetulan, melainkan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa perselingkuhan rohani yang terjadi di sana merupakan penyebab utama dijatuhkannya hukuman Tuhan.
Ada beberapa makna khusus dari peristiwa pemecahan buli-buli tersebut: Pertama, Allah menegaskan bahwa hukuman atas dosa bukanlah gertak sambal belaka! Dosa pasti akan dihukum dan hukumannya sangatlah dahsyat! Kedua, Allah memperlihatkan bahwa perjanjian-Nya dengan Israel telah pecah berantakan seperti hancurnya buli-buli tersebut. Jika bejana tanah liat di pasal sebelumnya masih bisa didaur ulang, buli-buli yang hancur sudah tidak bisa diperbaiki lagi! Inilah konsekuensi logis dari pilihan bangsa tersebut yang telah memilih selingkuhan barunya. Lokasi tempat perselingkuhan tersebut dipilih sebagai tempat proklamasi hancurnya kovenan atau perjanjian Allah, sehingga menambah ketegasan pernyataan Allah tersebut. Inilah permulaan dari kengerian hukuman Allah yang nyata!
Kita mungkin sering mendengar ajaran bahwa Allah mengasihi kita tanpa syarat. Tentu saja ajaran tersebut benar karena sesuai dengan pengajaran Alkitab. Akan tetapi, anugerah Allah itu tidak berarti bahwa kita boleh seenaknya berbuat dosa karena keselamatan kita telah dijamin oleh kasih Allah tersebut. Ingatlah bahwa di dalam kasih Allah terdapat juga kedaulatan dan kekudusan Allah yang membuat Allah dapat membuang umat-Nya yang sengaja berbuat dosa. Apakah Anda masih mengeraskan hati dengan menolak untuk mendengar dan merespons panggilan-Nya untuk bertobat?