Bacaan Alkitab hari ini membahas tahap akhir keputusan penghakiman Tuhan terhadap kerajaan Yehuda, yaitu ketetapan untuk mengakhiri Dinasti Daud. Bagi rakyat Yehuda masa itu, keputusan ini merupakan kejutan yang tidak disangka-sangka karena dua alasan: Pertama, ketetapan tersebut berarti bahwa Allah telah membatalkan secara resmi Kovenan atau Perjanjian yang disepakati bersama antara Allah dengan Abraham (Kejadian 15:18). Tentu saja, keputusan Tuhan ini tidak diambil secara sepihak karena justru orang Israel sendiri yang telah lebih dahulu melanggar Perjanjian itu. Kedua, melalui keputusan itu, Allah sekaligus juga membiarkan bangsa Yehuda terusir dari Tanah Perjanjian--yaitu tanah yang dijanjikan Allah sendiri kepada Abraham (Kejadian 13:15). Sungguh, keputusan tersebut merupakan suatu kejutan yang tidak pernah disangka-sangka, karena selama ini, orang Israel meyakini bahwa meskipun mereka sering kali melanggar perintah Allah, Allah pasti akan tetap menerima mereka.
Mengapa Allah bisa bertindak demikian? Ada dua alasan yang kita dapat dari bacaan Alkitab hari ini: Pertama, Allah memutuskan untuk menjatuhkan hukuman karena masih ada penyembahan kepada ilah lain yang membuat Allah murka (Yeremia 22:9). Kedua, Allah memutuskan untuk menjatuhkan hukuman karena masih ada ketidakadilan di negeri itu (21:12-14). Hal ini berarti bahwa bagi Allah, dosa bangsa ini mencakup dua aspek, yaitu aspek penyembahan yang merupakan aspek vertikal, dan aspek ketidakadilan yang merupakan aspek horizontal. Yang lebih memperparah kondisi itu adalah kekerasan hati umat Yehuda yang tetap tidak mau bertobat sampai di saat-saat terakhir. Sejarah mencatat bahwa nubuat keras terakhir tentang penghukuman itu pun tidak mampu mengetuk hati mereka yang telah mengeras, sehingga terjadilah tragedi besar yang akan kita baca di bacaan Alkitab selanjutnya.
Allah sangat jarang menghukum dosa seseorang secara langsung. Umumnya, hukuman dijatuhkan bila orang itu mengeraskan hati dengan tidak mau bertobat. Dalam hal bangsa Israel, hukuman baru dijatuhkan setelah Nabi Yeremia berulang kali memberitakan nubuat yang bernada keras. Hal ini mengajar kita untuk senantiasa siap mendengar firman Tuhan dan segera bertobat sebelum hukuman dijatuhkan. Bersediakah Anda untuk segera bertobat bila Anda jatuh ke dalam dosa?