Tidak ada seorang pun yang bisa menghindari munculnya konflik dalam hidupnya, termasuk dalam pekerjaan, keluarga, bahkan juga dalam gereja, karena manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa itu memiliki kecenderungan untuk selalu ingin menang. Namun, anak-anak Tuhan seharusnya bisa mengatur sikap dalam menangani konflik. Kitab Amsal mengajarkan, "Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai." (17:14).
Amsal ini memberi dua nasihat dalam menghadapi konflik: Pertama, pahamilah betapa besar kerusakan relasi akibat pertengkaran. Luapan air akibat bendungan pecah menggambarkan kerusakan hubungan antar manusia yang rusak karena pertengkaran. Kebocoran bendungan biasanya dimulai dari lubang kecil yang kemudian makin lama makin membesar dan akhirnya menjadi pancaran air yang dahsyat dan tak terbendung, sehingga bisa menghancurkan rumah dan sawah. Tidak semua konflik berakhir dengan pertengkaran. Pertengkaran terjadi bila konflik tidak diselesaikan dengan kepala dingin. Jika tidak mau berdamai, bisa terjadi perpecahan hebat yang berkepanjangan. Saat menghadapi konflik atau menangani konflik, ingatlah bahwa konflik yang tidak terselesaikan atau tidak diselesaikan dengan cara yang baik bisa berdampak besar dan negatif. Menangani konflik tidak berarti bahwa kita menarik diri dan lari dari konflik. Konflik tidak akan bisa beres jika kedua belah pihak terus-menerus saling menyalahkan satu dengan yang lain. Berdoalah memohon ketenangan dari Tuhan, kemudian kita harus melakukan introspeksi diri dan?dengan rendah hati?mendengar dan memedulikan sudut pandang orang yang berkonflik dengan diri kita.
Kedua, jangan mencoba menyelesaikan konflik saat hati kita sedang dalam keadaan panas. Mundurlah sebelum perbantahan yang sengit dimulai (17:14). Saat hati panas dan diri kita terluka, perkataan kita bisa menjadi senjata yang tajam dan menusuk lawan. Sebaliknya, perkataan lawan kita bisa menjadi sangat menyakitkan dan melukai hati kita, sehingga sangat sulit terobati. Oleh karena itu, saat konflik memanas, kita harus berhenti bicara dan mencari waktu yang lebih tenang untuk berbicara kembali. Mohonlah hikmat Tuhan agar kita diingatkan untuk menunda jawaban saat menyelesaikan konflik. Apakah Anda telah melatih diri untuk berhenti sejenak saat berkonflik?