Meski banyak diperdebatkan, tidak bisa dipungkiri adanya banyak bukti yang menunjukkan bahwa kitab 1 dan 2 Petrus ditulis oleh Rasul Petrus. Menurut tradisi, Rasul Petrus mati martir di bawah rezim pemerintahan Kaisar Nero pada tahun 66 Masehi. Oleh karena itu, kemungkinan besar, kedua surat ini ditulis Rasul Petrus antara tahun 60-64 Masehi, sebelum dimulainya penganiayaan terhadap orang Kristen pada zaman Kaisar Nero.
Surat 1 Petrus ditujukan bagi orang-orang Kristen di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia. Penduduk dari wilayah-wilayah tersebut hadir dan mendengarkan berita Injil yang disampaikan oleh para rasul di Yerusalem pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:9-11). Daerah-daerah itu sekarang berada di sekitar Turki. Orang-orang percaya di wilayah tersebut mengalami penderitaan hebat akibat iman mereka. Jika kita perhatikan, kata-kata "orang-orang yang dipilih", "pendatang", "tersebar" dalam salam pembuka, tampaknya Rasul Petrus menujukan surat ini kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di luar tanah Israel. Akan tetapi, Rasul Petrus juga mengatakan bahwa para pembaca ditebus dari cara hidup yang sia-sia yang mereka warisi dari nenek moyang mereka (1 Petrus 1:18). Hal ini menunjukkan bahwa di antara para pembaca, ada orang-orang non-Yahudi yang dulunya mengikuti cara hidup nenek moyang mereka yang sia-sia. Jadi, surat Petrus ini ditujukan baik bagi orang-orang Yahudi maupun orang-orang non-Yahudi yang sudah percaya kepada Kristus.
Salah satu tema utama yang diusung surat 1 Petrus adalah tentang penderitaan. Topik penderitaan ini dibahas di setiap pasal surat 1 Petrus. Orang-orang Kristen menderita di dalam dunia yang bukan milik mereka. Mereka adalah pendatang, sehingga mereka ditolak oleh dunia. Mereka menderita oleh karena nama Yesus Kristus. Akan tetapi, Rasul Petrus tidak menasihati mereka untuk menarik diri dari dunia. Sebaliknya, ia meminta agar mereka menjalani hidup yang baik dan terpuji.
Dalam surat 2 Petrus, sang rasul hendak memberikan arahan spiritual agar para pembacanya mampu mengenali dan menolak segala bentuk ajaran sesat. Ia rindu agar jemaat dapat bertumbuh dewasa secara rohani dalam pengenalan akan Kristus. Dalam kitab ini, Rasul Petrus mengajar pembacanya untuk mempersiapkan diri menyongsong hari Tuhan, yaitu saat Yesus Kristus datang kembali sebagai Hakim yang adil. [GI Okky Chandra]
Kitab 1 Petrus ditujukan bagi orang?orang Kristen yang tersebar di luar Yerusalem. Sebagian orang Kristen mengalami penganiayaan karena iman mereka kepada Tuhan Yesus. Di awal kitab ini, Rasul Petrus menegaskan bahwa keselamatan yang diterima oleh seorang Kristen merupakan karya Allah Tritunggal. Orang yang diselamatkan adalah orang yang dipilih sesuai dengan rencana Allah Bapa, dikuduskan oleh Roh Kudus, dan menerima percikan darah Tuhan Yesus Kristus.
Rasul Petrus mendorong para penerima suratnya untuk tetap bersukacita walaupun mengalami penindasan dan penderitaan. Orang Kristen sepatutnya meletakkan pengharapan bukan pada dunia yang sementara, melainkan pada kekekalan. Orang yang telah dilahirkan kembali oleh karena kebangkitan Kristus akan mewarisi suatu bagian yang tidak dapat binasa atau hancur, tidak dapat tercemar atau terkotori, dan tidak dapat layu. Harta yang bernilai kekal tersebut tersimpan di sorga dan akan dijaga oleh kekuatan Allah sendiri. Rasul Petrus mengingatkan jemaat bahwa penderitaan yang mereka alami itu bersifat seketika atau sebentar saja, tidak berarti bila dibandingkan dengan kemuliaan kekal yang akan mereka warisi.
Lantas, mengapa Tuhan mengizinkan penderitaan menimpa orang Kristen? Semua kesulitan itu dimaksudkan untuk memurnikan iman orang percaya (1:7). Bila seseorang tahan uji, maka ia akan mendapat pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada saat Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya.
Rasul Petrus juga menyingkapkan keindahan iman orang Kristen, yaitu kemampuan untuk memercayai dan mengasihi Kristus, meskipun mereka tidak pernah melihat Dia secara fisik. Hendaklah setiap orang Kristen memusatkan pengharapan pada kekekalan dan menanti-nantikan hari kedatangan Kristus, yaitu saat orang percaya berjumpa dengan Sang Juruselamat.
Apakah Anda--yang mengaku sebagai seorang Kristen--sedang mengalami penderitaan karena nama Kristus? Jika ya, bersukacitalah! Ingatlah bahwa semua kesulitan yang Anda hadapi saat ini hanya berlangsung sebentar saja. Saat Anda mengalami penderitaan, apakah Anda sudah membiasakan diri untuk memandang kepada Kristus dan berharap terus pada pertolongan-Nya? [GI Okky Chandra]