Pengumuman
Sejak pertengahan 2021, bidang multimedia Sinode GKY telah melengkapi pelayanan renungan harian GeMA dengan refleksi GeMA dalam bentuk video dan audio. Renungan GeMA mengikuti siklus pembacaan seluruh Alkitab dalam jangka waktu tertentu (Catatan: Untuk sementara, jangka waktu siklus pembacaan seluruh Alkitab masih berubah-ubah antara tiga tahun atau empat tahun). Sangat diharapkan bahwa pembaca bukan hanya membaca renungan, tetapi membaca Alkitab sesuai dengan bagian bacaan Alkitab yang ditentukan. Renungan GeMA merupakan penolong agar pembaca bisa makin memahami teks bacaan Alkitab. Refleksi GeMA melengkapi renungan GeMA, khususnya bagi mereka yang lebih terbiasa belajar dengan melihat (video) dan mendengar (audio). Refleksi GeMA dihasilkan melalui perenungan terhadap bacaan Alkitab GeMA--umumnya hanya menyoroti sebagian dari bacaan Alkitab hari itu--lalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, proses yang terjadi dalam pembuatan refleksi GeMA perlu ditiru para pembaca renungan GeMA. Pertama-tama, bacalah bagian Alkitab yang telah ditetapkan (panjangnya biasanya sekitar 1-2 halaman Alkitab). Selanjutnya, renungkanlah (secara lebih mendalam) bagian yang paling berkesan dalam bacaan Alkitab, kemudian pikirkanlah penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Catatan khusus untuk pengguna YouTube:
Bila Anda ingin melihat refleksi GeMA yang sudah lewat, pakailah mesin pencari di YouTube, atau masuklah ke channel Sinode Gereja Kristus Yesus, lalu klik playlist, pilih bulan dan tahun, lalu pilih tanggal.
Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Selamat Tahun Baru! Pandemi yang telah berlangsung sekitar dua tahun membuat kita semua stres dan terguncang. Tidak ada seorang pun yang bisa memastikan, kapan pandemi ini akan berhenti. Walaupun vaksin telah ditemukan, dan banyak orang telah divaksin, pandemi belum benar-benar berhenti. Ancaman maut belum berakhir. Akan tetapi, fakta yang sebenarnya adalah bahwa ancaman maut itu telah ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa (Roma 5:12), Ketakutan akan ancaman maut itu hanya bisa hilang bila kita memiliki jaminan hidup kekal yang hanya tersedia di dalam Kristus (Yohanes 3:16). Ancaman maut adalah ancaman terdahsyat yang dihadapi setiap orang. Beda kematian akibat pandemi dengan kematian akibat usia lanjut hanya soal waktu. Bila kita tidak lagi takut berhadapan dengan maut, mengapa kita terlalu risau saat berhadapan dengan pandemi? Kita harus mengikuti protokol kesehatan agar terhindar dari serangan pandemi. Akan tetapi, kita tidak boleh membiarkan diri kita dicekam oleh ketakutan!
Pada edisi ini, kita akan membaca dan merenungkan kitab 1-2 Tawarikh, serta mengikuti renungan khusus Tahun Baru dan Tahun Baru Imlek. Kitab 1-2 Tawarikh adalah catatan sejarah bangsa Israel yang ditulis oleh Imam Ezra. Dalam Alkitab Ibrani, kitab 1 dan 2 Tawarikh merupakan satu kitab. Perhatikan bahwa kitab 1-2 Tawarikh bukanlah kelanjutan--melainkan pelengkap--dari kitab 1-2 Raja-raja, serta merupakan refleksi terhadap sejarah bangsa Israel--khususnya dari Kerajaan Yehuda--sampai akhir masa pembuangan di Babel. Kitab 1 Tawarikh dimulai dengan daftar silsilah mulai dari Adam sebagai manusia pertama, dan kitab 2 Tawarikh diakhiri dengan pengumuman bahwa Koresh--raja Persia--memerintahkan agar umat Yehuda pulang ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah. Yang unik, dua ayat terakhir kitab 2 Tawarikh ini sama persis dengan dua ayat pertama kitab Ezra. Dalam pengumuman di atas, Koresh mengakui bahwa perintahnya adalah "tugas yang diberikan oleh TUHAN, Allah semesta langit" kepada dirinya. Jadi, jelaslah bahwa keberlangsungan sejarah umat manusia--khususnya Sejarah Israel--berada di bawah kuasa Allah. Bagi kita yang sedang hidup pada masa pandemi, sangat penting untuk memiliki keyakinan bahwa Allah berkuasa atas sejarah umat manusia. Semoga GeMA edisi ini menjadi berkat bagi kita semua!
Abraham mendengar firman Tuhan yang memerintahkannya untuk pergi dari negeri di mana ia dan sanak keluarganya menetap (Kejadian 12:1). Jadi, Abraham diminta untuk pergi dari lingkungan yang sangat ia kenali, yang selama ini memberikan rasa aman dan nyaman bagi Abraham serta seluruh keluarganya. Tuhan berkata kepada Abraham bahwa Ia akan menunjukkan negeri yang menjadi tujuan kepergian Abraham, tetapi Dia tidak memberitahu dengan jelas negeri, atau kota apa yang menjadi tujuan (Ibrani 11:8). Abraham tidak bisa mempersiapkan diri atau mengantisipasi apa yang akan dihadapi selanjutnya. Tuhan memang memberikan janji yang indah! (Kejadian 12:2-3). Namun, saat itu, janji Allah tersebut belum tergenapi. Yang membuat Abraham bersedia menaati firman Tuhan untuk pergi meninggalkan tanah tempat tinggal keluarga besarnya tidak lain hanya karena iman (Ibrani 11:1). Berdasarkan keyakinannya itu, Abraham menatap ke masa depan dengan sebuah harapan, yaitu harapan berupa sebuah "kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah" (11:10). Keyakinan Abraham kepada Allah dan janji-Nya membuat ia tetap melangkah. Iman Abraham mengantisipasi masa mendatang.
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (11:1). Setiap murid Kristus di abad ke-21 ini telah memiliki dasar yang lebih kokoh daripada Abraham ketika ia diminta untuk pergi menuju ke tanah Kanaan. Kita pun telah memiliki bukti yang lebih banyak--yaitu bukti bahwa janji Allah dapat dipercaya--daripada yang diketahui oleh Abraham, karena saat ini, sebagian besar dari janji Allah kepada Abraham telah digenapi. Misalnya, kita sudah tahu bahwa pada akhirnya, keturunan Abraham menjadi bangsa yang besar dan menduduki tanah perjanjian. Dari keturunan Abraham inilah, lahir Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Selain itu, janji-janji Allah yang telah digenapi telah tercatat di dalam Alkitab untuk meneguhkan iman para murid Kristus di era digital ini.
Pandemi covid-19 menimbulkan situasi sangat tidak stabil. Kita tidak memiliki prakiraan yang jelas akan hari esok. Namun, kita memiliki kesaksian yang kukuh tentang Allah yang setia. Sambutlah tahun 2022 dan melangkahlah dengan iman kepada Allah yang setia. Iman yang demikian mengantisipasi masa mendatang! Apakah Anda telah terbiasa melangkah dengan iman? Bila belum, mulailah sekarang! [Emanuel Cahyanto Wibisono]