Seandainya kita diundang ke acara perjamuan pesta makan malam di istana kepresidenan saat presiden berulang tahun, kira-kira hadiah apa yang hendak kita berikan? Tentu saja, kita tidak akan memberikan hadiah yang sembarangan, melainkan kita pasti akan memikirkan dan berusaha memberikan yang terbaik. Jika untuk seorang presiden kita bisa memberikan yang terbaik, bukankah sudah semestinya bila kita memberikan yang terbaik kepada Tuhan? Ikutilah teladan dan sikap Daud yang berusaha memberi yang terbaik untuk Tuhan, yaitu persembahan berupa emas, perak, tembaga, besi, kayu, dan berbagai batu berharga yang mahal untuk pembangunan Bait Allah (29:2-5a).
Tindakan Daud di atas merupakan wujud cinta dan pengabdian terhadap usaha pembangunan Bait Allah. Daud sadar bahwa pembangunan Bait Allah harus melibatkan partisipasi semua orang Israel sebagai wujud bakti mereka kepada Tuhan. Daud berseru, “Siapakah pada hari ini yang rela memberikan persembahan kepada TUHAN?” Alkitab mengajarkan bahwa persembahan kita seharusnya mencakup seluruh aspek hidup kita secara utuh (Roma 12:1-2), termasuk aspek harta yang kita miliki (Amsal 3:9-10). Dengan memberi persembahan kepada Tuhan, secara tidak langsung, kita mengakui bahwa: Pertama, Tuhan adalah pemilik segala sesuatu (Mazmur 50:7-15), termasuk pemilik harta yang ada di tangan kita. Kedua, Tuhan adalah sumber dan pemberi berkat (Mazmur 127:2; Amsal 10:22; Ulangan 8:17-18; 2 Korintus 4:7). Ketiga, Allah yang setia itu telah memelihara kita dan akan terus memelihara kita. Keempat, Tuhan itu baik dan kita merespons dengan bersyukur atas kebaikan Tuhan itu. (Ulangan 16:16b-17; Mazmur 50:14,23). Kelima, Kristus Yesus telah memberi diri-Nya bagi dunia, dan kita merespons dengan meneladani Dia melalui ketaatan memberi berdasarkan apa yang kita miliki.
Persembahan bukanlah sebuah pilihan, melainkan kewajiban bagi setiap orang percaya. Memberi persembahan bukan berarti bahwa kita memberi sumbangan kepada Tuhan atau gereja. Memberi persembahan juga bukan bertransaksi atau berdagang dengan Allah, sehingga kita harus menghindari sikap seperti pedagang atau debt collector. Apakah Anda telah bertekad untuk mendedikasikan hidup Anda sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah, termasuk mendedikasikan harta yang Anda miliki?