Reformasi Sistem Respons Manusia

Mata yang Jernih

24 Oktober 2014
Reformasi Sistem Respons Manusia

Pada zaman ini, penggunaan alat dengan sistem respons otomatis semakin luas karena bersifat praktis dan efisien. Alat seperti itu memerlukan serangkaian sensor untuk membaca situasi, program yang menentukan respons, serta sistem motorik yang melaksanakan respons. Bila alat tersebut diprogram dan dirangkai dengan baik, hasilnya adalah kepraktisan dan efisiensi tinggi—karena memang alat tersebut diciptakan demi kepraktisan dan efisiensi tinggi. Misalnya, ketika sebuah sensor melirik Anda yang sedang berjalan menuju pintu utama sebuah mall, alat itu akan memerintahkan agar pintu dibuka sehingga Anda hanya perlu melangkahkan kaki dengan ringan tanpa perlu membuka dan menutup pintu.

Gambaran di atas berlaku pula untuk manusia. Manusia mempunyai berbagai indera yang membaca situasi, otak yang berpikir dan mengambil keputusan, serta anggota tubuh yang berkata, melangkah, dan bertindak sesuai dengan keputusan otak. Hasilnya adalah bahwa keinginan, kebiasaan, pemikiran, dan ideologi seseorang dapat terwujud, bahkan tersebar dalam berbagai situasi di dunia.

Celakanya, sistem respons manusia telah dicemari dosa, sehingga manusia cenderung menyebarkan dosa dalam berbagai situasi. Sebaliknya, bila sistem respons manusia dapat dimenangkan dan dikuasai oleh Roh Kudus, manusia dapat menjadi penyebar kekudusan dalam berbagai situasi di dunia. Selain itu, menjadi penyebar kekudusan itu penting demi terwujudnya tujuan penciptaan manusia. Oleh sebab itu, reformasi sistem respons manusia menjadi hal yang tidak dapat ditawar.

Bila dibandingkan dengan gambaran dalam kitab Wahyu, dosa bersifat sistemik. Penyebarannya dikoordinasi oleh Iblis (Wahyu 12), sebagai sosok yang berpengalaman tinggal dalam keberdosaan. Penyebaran ini mencakup aspek pemerintahan politis dan religius (Wahyu 13). Selain itu, Iblis mempunyai banyak pengikut, baik para malaikat yang jatuh maupun manusia yang mencintai dosa. Singkatnya, dosa memiliki akses atas segala situasi dunia, yang pada akhirnya juga mempunyai akses terhadap diri kita.
Untuk menghadapi keadaan demikian, kita perlu mengembangkan sistem respons yang bersifat rohani. Alkitab merupakan sumber komponen respons yang berharga untuk kita gali dan terapkan sebagai usaha membangun sistem respons ini. Menjelang peringatan reformasi ini, marilah kita membangun dan memperkaya diri dengan hal ini. [FB]



Pra-Reformasi
Jumat, 24 Oktober 2014

Bacaan Alkitab hari ini: Matius 6:22-23


“Mata adalah pelita tubuh,” demikianlah ungkapan untuk menyatakan betapa pentingnya fungsi mata. Untuk dapat memutuskan tindakan dengan tepat, seseorang perlu melihat keadaan sekitar dengan jelas. Kesalahan melihat dapat berakibat fatal, mencakup kehilangan nyawa. Misalnya, pada waktu berkendara malam hari, ketika seorang pengemudi salah melihat lubang dan dianggap sebagai aspal, kendaraan dapat mengalami kecelakaan fatal. Jika guyuran hujan deras menghalangi pandangan pengemudi terhadap pejalan kaki yang menyeberang, tabrakan sulit dihindari. Oleh sebab itu, mata harus berfungsi dengan baik agar seseorang dapat menjalani hidup dengan baik.

Mata yang berfungsi dengan baik adalah mata yang melihat obyek dengan apa adanya. Lubang adalah lubang, jalan adalah jalan, orang adalah orang, gelap adalah gelap, dan terang adalah terang. Dari kacamata rohani, mata tidak boleh memberikan informasi bahwa sesuatu yang jahat adalah baik karena informasi itu akan menjebak. Mata tidak boleh melihat sesuatu yang baik sebagai hal yang jahat karena pemahaman itulah yang akan menjaga dan menyelamatkan kita.

Dalam konteks Matius 6:19-24, kita diajar untuk mengarahkan mata kita pada hal-hal surgawi. Hal-hal surgawi ini memang tidak terlepas dari hal-hal duniawi yang ada di sekitar kita (keluarga, pekerjaan, studi, berkat, kesehatan dan sebagainya). Pertanyaannya adalah, “Apakah kita mampu menemukan dan meraih harta surgawi dari situasi di sekeliling kita?” Latihlah diri kita untuk melihat talenta dari Allah waktu kita menjalani pekerjaan dan studi, melihat kasih sejati melalui relasi keluarga, melihat desakan untuk bersyukur karena berkat dan kesehatan kita, dan sebagainya. Jangan biarkan diri kita hanya berhenti pada melihat hal-hal yang fana saja, yang terjadi bila kita tidak bertumbuh dan terjebak oleh hal-hal itu. [FB]

Matius 5:29

“Maka jika matamu ... menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.”
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design