Pra-Reformasi
Selasa, 28 Oktober 2014
Bacaan Alkitab hari ini: Amsal 1:15-19
Jika hidup manusia dapat digambarkan sebagai sebuah perjalanan, maka ada manusia yang perjalanannya akan berakhir di surga, dan ada yang akan berakhir di neraka. Yang menentukan ke mana kehidupan kita berakhir adalah pilihan atas perjalanan itu sendiri. Tuhan Yesus menggambarkan tentang adanya dua jalan; yang lebar ke neraka dan yang sempit ke surga.
Tentu setiap kita tidak ingin menutup mata di penghujung usia dan membukanya kembali di gerbang neraka. Oleh sebab itu, jalan sempit menuju surga adalah satu-satunya pilihan kita. Namun, keberadaan dua jalan tersebut yang kelihatannya tumpang tindih dalam dunia sangat menyulitkan kita. Bahkan, orang yang relatif baik pun dapat tersesat ke neraka bila tidak berhasil menemukan jalan sempit itu. Jadi, pertanyaan bagi kita adalah, “Seperti apa jalan yang sempit itu?”
Jika ada orang yang mencintai kejahatan dan merugikan orang lain (1:11-14), hidupnya justru akan berakhir tragis (1:17-19). Bukan orang lain, tetapi ia sendiri yang akan dicelakakan oleh rencana jahatnya. Oleh sebab itu, penulis Amsal mengamanatkan agar kita jangan melangkahkan kaki dalam jalan hidup orang jahat tersebut.
Mungkin bagi kita, memilih lingkungan (hunian, studi, pekerjaan, teman) yang tidak jahat atau “rusak” sudah cukup, tetapi sebetulnya tidak demikian. Dalam lingkungan yang relatif baik pun, banyak kejahatan terjadi. Bukankah banyak pejabat melakukan korupsi? Tidakkah banyak pemilik niat busuk yang mengenakan dasi dan jas? Apakah pelaku terorisme adalah orang ateis? Apakah—di gereja sekalipun—tidak ada trik untuk menjatuhkan orang lain?
Kitalah yang harus mewujudkan jalan itu melalui langkah hidup kita. Jadilah teladan untuk menerapkan dengan konsisten prinsip dan nilai Alkitabiah dalam keseharian kita, karena di sanalah jalan sempit menuju surga itu terwujud. Bila kita bertahan untuk menjalaninya, nafas kita akan berakhir di depan gerbang surga. [FB]
Amsal 4:27b
“Jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”