Pengkhotbah 1

Hikmat Duniawi yang Sia-sia

1 Mei 2022
Pengantar Redaksi untuk GeMA edisi Mei-Juni 2022

Salam sejahtera dalam kasih Kristus.

Setelah bergumul melawan virus Covid-19 selama dua tahun lebih, akhirnya rakyat Indonesia mulai bisa bernafas lega. Kasus penularan varian Omicron melandai dengan sangat cepat, padahal masih banyak negara lain yang bergumul menghadapi penularan Covid-19 ini. Walaupun ancaman Covid-19 masih ada, program vaksinasi masih harus dipercepat, dan disiplin masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan masih harus terus ditingkatkan, kita sudah bisa mengatakan Eben-Haezer, yang artinya, "Sampai di sini TUHAN menolong kita."

Pada edisi ini, kita akan membaca dan merenungkan Kitab Pengkhotbah, empat kitab Nabi Kecil (yaitu Mikha, Nahum, Habakuk, dan Zefanya), Kitab Yehezkiel, serta mengikuti renungan khusus Kenaikan-Pentakosta. Kitab Pengkhotbah membicarakan mengenai pencarian makna hidup. Bila kita tidak berhasil menemukan makna hidup, hidup kita akan sia-sia! Kitab Mikha membicarakan tentang teguran Allah terhadap dosa umat Israel dan Yehuda, namun juga mengungkapkan kasih Allah dalam pesan sang nabi. Kitab Nahum membicarakan tentang hukuman Allah kepada penduduk Niniwe. Sangat disayangkan bahwa penduduk Niniwe yang sebelumnya pernah bertobat saat mendengar khotbah Nabi Yunus ternyata kembali jatuh ke dalam dosa sehingga mereka harus menerima hukuman Tuhan. Kitab Habakuk membicarakan tentang pergumulan Nabi Habakuk untuk bisa meyakini kebijaksanaan Allah, saat dia memperhatikan masalah kejahatan dan penderitaan. Kitab Zefanya membicarakan tentang hukuman Allah yang dahsyat terhadap umat Yehuda serta pemulihan yang akan dialami oleh umat Allah. Renungan khusus Kenaikan?Pentakosta membahas tentang rencana penyelamatan umat pilihan Allah melalui gereja. Kitab Yehezkiel merupakan kitab yang menghibur dan memberi semangat kepada umat Yehuda yang sedang berada dalam pembuangan di Babel serta menolong pembaca untuk semakin mengenal Tuhan.

Pada akhirnya, kami mengakui bahwa buku renungan GeMA ini--sama seperti edisi-edisi sebelumnya--hanya bisa rampung karena pertolongan TUHAN. Kami berterima kasih kepada para penulis, para penerjemah, editor bahasa Mandarin, dan staf yang telah bekerja keras dalam waktu sangat terbatas untuk menyelesaikan edisi ini. Semoga GeMA tetap menjadi berkat bagi kita semua.





Pengantar Kitab Pengkhotbah
Pencarian Makna Hidup

Waktu berjalan sangat cepat! "Rasanya baru kemarin, kita merayakan tahun baru, dan sekarang sudah pertengahan tahun!" Apakah Anda pernah mendengar ungkapan seperti itu, atau Anda sendiri pernah mengucapkannya? Secara tersirat, ungkapan itu menunjukkan bahwa hidup ini sangat singkat. Waktu hidup kita hanya sekejap. Kitab Pengkhotbah yang akan kita baca selama tiga belas hari ini mengajak kita menyelami makna hidup manusia melalui sebuah pertanyaan, "Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?" (Pengkhotbah 1:3). Pengkhotbah tidak diam saja. Sebagai orang yang penuh hikmat, dia berusaha mencari tahu makna hidup manusia (1:13). Apa yang dilakukan Sang Pengkhotbah ini perlu kita contoh. Bagaimana dengan diri Anda? Apakah Anda berusaha mencari makna hidup yang sebenarnya, atau Anda hanya sekadar menjalani hidup yang akan berakhir dengan kesia-siaan?

Penulis memperkenalkan diri sebagai Pengkhotbah dan anak Daud, raja di Yerusalem (1:1,12). Anak Daud yang memerintah sebagai raja menggantikan Daud adalah Salomo. Namun, dalam Kitab Pengkhotbah, nama Salomo tidak disebut, padahal nama Salomo disebut dalam Kitab Amsal dan Kitab Kidung Agung. Perhatikan bahwa perkataan, "semua orang yang memerintah atas Yerusalem sebelum aku" (1:16) berarti bahwa ada banyak raja di Yerusalem yang memerintah sebelum penulis, padahal raja Israel yang memerintah di Yerusalem sebelum Salomo hanyalah Daud. Oleh karena itu, ada keraguan apakah benar Sang Pengkhotbah itu adalah Salomo. Apa lagi, bahasa yang dipakai dalam kitab Pengkhotbah bukanlah bahasa yang biasa digunakan pada zaman Salomo. Namun, siapa pun penulisnya, dia pasti seorang yang penuh hikmat yang dipakai Allah untuk menjadi berkat bagi pembaca.

Kitab Pengkhotbah termasuk genre puisi, sehingga kitab ini tidak selalu bisa ditafsirkan secara hurufiah. Ada dua ungkapan yang diulang beberapa kali dalam kitab ini, yaitu kesia-siaan dan di bawah matahari. Perkataan "kesia-siaan" menunjuk pada keberadaan tanpa tujuan, sehingga rapuh, cepat berlalu, tidak berdampak permanen, efeknya tidak bertahan lama; sedangkan perkataan "di bawah matahari" menunjuk pada pengamatan atas apa yang terjadi di masyarakat. bukan pengamatan atas kebenaran firman Tuhan.

Pembacaan dan perenungan Kitab Pengkhotbah ini diharapkan bisa membuat kita menjadi lebih bijaksana dan semakin takut akan Tuhan, sehingga hidup kita menjadi lebih bermakna. [GI Benny Wijaya]





Renungan GeMA 1 Mei 2022
Hikmat Duniawi yang Sia-sia

Dalam bacaan Alkitab hari ini, Pengkhotbah mengajak kita untuk menyelami makna hidup manusia melalui sebuah pertanyaan, "Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?" (1:3). Pengkhotbah membandingkan manusia dengan proses di alam semesta yang terus berlangsung secara rutin seolah-olah tanpa tujuan. Rasa penasaran membuat Pengkhotbah tidak berdiam diri, dia berusaha mencari tahu makna hidup manusia yang sebenarnya (1:13).

Dalam pencariannya, Pengkhotbah memperhatikan kehidupan manusia di bawah matahari. Berdasarkan hasil pengamatannya, dia menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan manusia hanyalah kesia-siaan dan seperti usaha menjaring angin (1:14). Kata "sia-sia" memiliki makna bahwa usaha yang dilakukan itu tidak bermanfaat atau hanya sekejap saja manfaatnya. Namun, dia tidak berhenti di sana. Dia berusaha memperbesar dan menambah hikmat serta pengetahuannya (1:16). Akan tetapi, kesimpulannya tetap sama, yaitu bahwa hidup itu merupakan kesia-siaan. Walaupun pencarian Pengkhotbah akan makna hidup tidak menemukan jawaban, ada hal menarik yang perlu kita perhatikan. Pengkhotbah menggunakan istilah "di bawah matahari" untuk menjelaskan bahwa hikmat dan pengetahuan yang ditemukan Pengkhotbah adalah penemuan berdasarkan realita kehidupan di dunia yang berdosa ini. Bila makna hidup yang dicari melalui hikmat dan pengetahuan duniawi adalah kesia-sian, apakah ada makna hidup yang tidak berada di bawah matahari?

Kita harus mencari makna hidup pada sumber terang! Tuhan Yesus bersabda, "Akulah?terang dunia;?barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.?" (Yohanes 8:12). Yesus Kristus adalah Allah yang terlibat dalam penciptaan alam semesta ini (Yohanes 1:3). Dialah yang mengetahui tujuan penciptaan alam semesta ini. Alam semesta--termasuk manusia di dalamnya--diciptakan untuk kemuliaan Allah (Mazmur 19:2; Yesaya 43:7). Carilah makna hidup Anda! Mulailah dengan memandang kepada Allah, karena "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Rasul Paulus mengatakan, "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Apakah Anda telah mencari hikmat dengan dilandasi rasa takut akan Allah? [GI Benny Wijaya]

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design