Kasih Allah sungguh tidak pernah dapat kita bayangkan dan kita mengerti. Mengapa Allah yang begitu mulia, Pencipta segala sesuatu, mau mengasihi kita yang lemah dan penuh dosa? Meskipun tidak dapat dimengerti, Yohanes mengajak pembaca suratnya untuk melihat dan memperhatikan kasih Allah kepada kita. "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, .... (3:1). Dalam terjemahan versi Alkitab yang Terbuka (AYT), kata Yunani yang diterjemahkan sebagai "Lihatlah" dalam Alkitab Terjemahan Baru itu diterjemahkan menjadi "Perhatikanlah". Kata "Perhatikanlah" adalah perintah untuk melihat dengan sengaja dan dengan teliti, bukan melihat secara asal-asalan. Mengapa Rasul Yohanes meminta pembaca suratnya untuk memperhatikan kasih Allah secara seksama? Rasul Yohanes menginginkan agar kasih Allah yang besar itu mengubah hidup kita. Kita tetap dikasihi meskipun kita lemah dan penuh dosa. Akan tetapi, sudah sepantasnya bila kita hidup semakin mengasihi Allah dengan cara meninggalkan dosa dan tidak mengikuti gaya hidup dunia ini.
Seperti apakah kasih Allah kepada kita? Rasul Yohanes mengatakan bahwa Allah tidak hanya menyelamatkan kita dan memberikan hidup yang kekal kepada kita, namun Allah mengasihi kita sampai pada tahap mengangkat kita menjadi anak-anaknya. Ini tingkatan kasih yang luar biasa. Seseorang yang memiliki kasih yang besar bisa menolong orang lain atau berbuat amal, namun sangat jarang--sehingga sulit sekali ditemukan--ada orang yang mau mengangkat orang lain menjadi anak atau anggota keluarga. Umumnya, orang mengangkat anak karena calon anak angkat itu memiliki hal-hal yang baik di dalam dirinya, sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh sang calon orang tua. Calon orang tua tidak akan mau mengangkat seseorang menjadi anak bila ia tahu bahwa anak itu memiliki hal-hal buruk di dalam dirinya. Hal ini berbeda dengan Allah. Dia mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya, padahal Ia sudah tahu bahwa kita adalah orang-orang yang tidak mengasihi Dia. Ia tahu bahwa kita lebih menyukai dunia dan semua kesenangannya daripada pelayanan atau ibadah. Sekalipun demikian, Ia tetap bersedia mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. Sungguh, kasih Allah itu tiada taranya! Apakah Anda menyadari kasih Allah yang sangat besar itu dan apakah Anda sudah merespons dengan selalu bersyukur dan semakin mengasihi Dia?