Pertanyaan, sekaligus tantangan, yang diajukan orang-orang yang tidak mengenal TUHAN kepada umat TUHAN sepanjang zaman adalah, "Di manakah Allah?" Pertanyaan seperti ini bukan berasal dari rasa ingin tahu yang sejati, melainkan lahir dari ketidakpercayaan yang mengandung ejekan dan hinaan. Mungkin, saat itu, bangsa Israel berada dalam masa yang sulit. Bagi mereka, TUHAN tampak diam dan tak kunjung menolong mereka, sehingga umat Israel sering tergoda oleh ilah-ilah bangsa-bangsa lain di sekeliling mereka yang berwujud dan kasat mata, sedangkan Allah Yahweh tidak berwujud sehingga tidak kasatmata. Pertanyaan "di mana Allah mereka?" (115:2) mungkin mulai menebarkan benih keraguan dalam benak bangsa Israel.
Dalam Mazmur 115, pemazmur memberikan pengajaran tentang siapa Allah Israel dan membandingkan-Nya dengan ilah-ilah bangsa lain. Allah Israel itu jauh melampaui ilah-ilah lain, karena hanya Dialah yang bertakhta di sorga (115:3). Dialah Allah yang berdaulat dan memiliki kekuasaan tertinggi, karena tidak ada kuasa apa pun yang bisa menghalangi-Nya melakukan apa yang Ia kehendaki. Sebaliknya, ilah-ilah bangsa lain adalah berhala-berhala yang terbuat dari perak dan emas, dan dibentuk oleh tangan manusia. Artinya, para ilah itu hanyalah buatan tangan manusia, sedangkan manusia adalah makhluk ciptaan Allah Israel. Meskipun berhala-berhala itu memiliki anggota-anggota tubuh seperti manusia, tetapi semua anggota tubuh itu tidak bisa digunakan karena pada dasarnya, berhala-berhala itu hanyalah benda mati (115:5-7). Menurut pemazmur, seperti itulah jadinya para pembuat patung ilah dan para penyembahnya (115:8). Artinya, mereka juga tidak akan bisa melakukan apa pun karena ilah yang mereka sembah sesungguhnya adalah ilah yang mati.
Mengapa manusia bisa bertindak sedemikian bodoh, yaitu membuat ilah dari benda mati untuk kemudian mereka sembah sendiri? Kebodohan itu disebabkan karena manusia berdosa lebih suka menciptakan ilah yang sesuai dengan pemikiran dan keinginan mereka. Mereka menghendaki ilah yang bisa mereka kendalikan dan mereka atur semaunya, sedangkan Allah Yahweh tidaklah demikian! Kitalah yang harus tunduk dan taat kepada-Nya. Kitalah yang harus mengikuti kehendak-Nya. Mari kita mohon agar TUHAN memberikan kita kesadaran diri untuk mengakui kedaulatan-Nya dan hidup lebih taat kepada-Nya.