Mazmur 125 yang kita baca hari ini merupakan sebuah lagu yang dinyanyikan saat umat Israel melakukan ziarah ke Yerusalem. Bayangkanlah keseruan para peziarah yang berjalan sambil bernyanyi dan melihat ke arah gunung Sion yang kuat dan kokoh. Kekokohan Gunung Sion itu menggambarkan keadaan orang-orang yang percaya kepada TUHAN (125:1). Tentu saja, nyanyian ini menjadi sumber kekuatan--sekaligus pengajaran--bagi bangsa Israel, bahwa orang beriman tidak akan tergoncangkan dan tetap tinggal untuk seterusnya. Kekuatan orang beriman itu bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari TUHAN yang menjaga dan mengokohkannya.
Ayat berikutnya (125:2)memberikan gambaran lain: Sebagaimana kota Yerusalem dikelilingi oleh gunung-gunung di sekitarnya, demikian juga orang-orang beriman dikelilingi oleh TUHAN. Charles H. Spurgeon--seorang pengkhotbah berkebangsaan Inggris di abad kesembilan belas, melihat kedua ayat pertama ini sebagai perlindungan ganda bagi orang beriman. Mereka bukan saja dijadikan kokoh dan tidak tergoyangkan, tetapi juga aman sentosa karena dikelilingi oleh TUHAN. Terlebih lagi, perlindungan TUHAN ini bukan hanya bersifat sementara, melainkan berlangsung "dari sekarang sampai selama-lamanya."
Ayat selanjutnya (125:3) mengajarkan bahwa penindasan orang fasik atas orang beriman tidak akan berlangsung tanpa akhir. Artinya, perlindungan TUHAN tidak melenyapkan penderitaan atau kesengsaraan yang menimpa orang benar, tetapi TUHAN akan mematahkan kekuatan dan kekuasaan orang fasik. TUHAN adalah Allah yang adil dan membela orang yang sungguh sungguh percaya kepada-Nya.
Dua ayat terakhir (125:4-5) merupakan doa pemazmur agar TUHAN bertindak untuk menegakkan keadilan-Nya. Ia meminta TUHAN melakukan kebaikan kepada orang yang baik dan tulus hati serta mengenyahkan orang jahat. Oleh karena itu, sesungguhnya, doa ini merupakan respons pemazmur terhadap keadilan dan kesetiaan TUHAN. Ia mendasarkan doanya pada janji dan sifat TUHAN.
Marilah kita berdoa memohon hal yang sama! Situasi yang kita alami saat ini mungkin tidak jauh berbeda dengan pengalaman sang pemazmur. Ketidakadilan seakan merajarela, sedangkan orang beriman terjepit dan tertekan. Apakah Anda sudah tekun berdoa memohon perlindungan TUHAN bagi umat-Nya?