Masa depan itu layaknya samudra yang terbentang luas tanpa batas dan tanpa kepastian. Kita baru saja mencicipi sedikit kelegaan pasca varian delta yang sempat mengganas. Saat itu, siapa yang dapat menebak kapan kira-kira masa menakutkan itu berakhir? Siapa yang bisa memastikan bahwa keadaan seperti itu tidak akan terulang lagi? "Orang pintar" boleh saja mencoba memprediksi masa depan. Ahli nujum, dukun, atau spiritis--yaitu penganut spiritisme--bisa saja mengaku mendapat petunjuk atau bisikan gaib. Akan tetapi, peristiwa hari esok hanya diketahui oleh Allah dan mereka yang mendapat panggilan khusus untuk menjadi nabi Allah yang mendapat penyingkapan Allah tentang masa depan secara terbatas.
Kitab Zakharia termasuk dalam kumpulan tulisan nabi-nabi kecil yang ditulis di penghujung era Perjanjian Lama. Sebagai salah satu nabi pasca pembuangan, Nabi Zakharia menyampaikan firman Tuhan kepada sisa orang Yahudi--yang jumlahnya tidak banyak--yang telah kembali ke Tanah Yudea untuk membangun kembali Bait Allah dan negeri mereka. Nabi Zakharia--seperti nabi Hagai--mendorong bangsanya untuk menyelesaikan pembangunan bait Allah. Akan tetapi, pesannya melampaui sekadar pembangunan secara fisik. Dengan gambaran apokaliptik--menyingkap rahasia masa depan--yang spektakuler dan terperinci, nabi Zakharia mengumumkan tentang Mesias, Utusan Allah yang akan menyelamatkan umat-Nya dan akan memerintah seluruh dunia. Kitab Zakharia adalah salah satu kitab nubuat terpenting yang merupakan referensi detail mesianik--menyangkut Mesias--yang digenapi dalam kehidupan Tuhan Yesus. Pembangunan Bait Allah adalah persiapan bagi kedatangan zaman mesianik, dan sekaligus merupakan bagian dari rentetan tindakan Allah yang masih berlangsung terus sampai kepada akhir zaman. Kitab Zakharia memproklamasikan berita pengharapan yang penting bagi orang-orang yang mengalami peristiwa pembuangan: Raja mereka sedang datang! Tuhan Yesus adalah Mesias, Pembebas Agung yang dijanjikan bagi bangsa Israel.
Allah mengetahui dan mengendalikan masa depan. Kita tidak mungkin bisa melihat masa depan secara jelas dan menyeluruh. Akan tetapi, kita dapat memiliki rasa aman jika kita memercayai TUHAN. Kitab Zakharia menyajikan kepastian masa depan! Kagumilah Allah yang pasti menepati janji-Nya! Jangan lupa: Berjaga-jagalah untuk menantikan satu nubuatan yang belum terjadi, namun pasti akan digenapi, yaitu kedatangan Kristus yang kedua kali! [GI Mario Novanno]
Setiap orang tua pasti pernah dilukai perasaannya oleh anak mereka. Itu adalah pengalaman yang berat. Saya tidak pernah mendengar satu orang tua pun yang tidak pernah marah, sedih, kecewa terhadap anak-anaknya. Baru-baru ini, seorang ayah ?curhat? mengenai anak putrinya yang datang kepadanya dan berkata, "Papa, aku sudah 17 tahun, aku sudah dewasa, tolong Papi jangan atur-atur hidup aku lagi." Gadis ini telah membuka kamarnya bagi teman laki-lakinya yang dapat datang kapan pun ia mau. Saya dapat membayangkan betapa beratnya pergumulan yang dirasakan oleh setiap orang tua yang anaknya secara terang-terangan menentang dan menantang mereka seperti itu.
Allah bangsa Israel juga sangat sakit hati terhadap tingkah laku umat-Nya sepanjang ratusan tahun. Ia telah bersabar dan berulang kali mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk memperingatkan mereka (1:4), tetapi mereka tegar tengkuk, sampai-sampai Allah harus membuang umat-Nya ke negeri asing. Itu pun Allah lakukan bukan semata-mata untuk menghukum mereka, tetapi untuk membuat mereka berbalik kepada-Nya. Allah ingin agar umat-Nya dapat membedakan hidup di bawah pemerintahan Sang Raja Sejati dibandingkan dengan hidup di bawah pemerintahan raja dunia. Setelah genap masa pembuangan, Allah berseru: "Kembalilah kepada-Ku, ..., maka Aku pun akan kembali kepadamu ...." (1:3). Seruan Allah disertai dengan berbagai penglihatan yang mengonfirmasi kepastian bahwa Ia akan bersama-sama dengan umat-Nya lagi. "Aku kembali lagi kepada Yerusalem dengan kasih sayang." (1:16). "Aku sendiri ... akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya." (2:5). "... sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya." (2:8). Kita patut bersyukur karena Allah itu panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya (Keluaran 34:6; Nehemia 9:17; Mazmur 86:15, Yunus 4:2; dan seterusnya). Sekali Dia berjanji, janji-Nya tidak akan pernah berubah. Sakit hati, kekecewaan, takut dikecewakan lagi, kesedihan, dan kemarahan, tidak membuat Allah berhenti menawarkan penerimaan-Nya kembali.
Seorang ayah yang lain pernah membagikan pengalamannya: "Setiap kali akhirnya saya terpaksa memukul anak saya, malamnya saya pasti menjadi malam derai air mata. Saya akhirnya hanya bisa berkata kepada anak saya, ?Nak, kamu mesti tahu, kamu mau senakal apa pun, Papi tetap sayang sama kamu.?" Apalagi Allah kita! Saat Anda berbuat dosa, apakah Anda segera kembali kepada Allah? [GI Mario Novanno]