Satu kali ketika kami makan malam di restoran, saya mengamati seorang remaja dengan raut wajah marah mendebat ayahnya, "Standar daddy terlalu tinggi. Siapa yang sanggup memenuhinya?!" Sontak saya terperangah karena merasa bahwa Tuhan sedang berbicara kepada saya melalui peristiwa itu. Sebagai seorang ayah, saya harus mengakui bahwa saya sering memasang standar tinggi bagi anak-anak saya yang tidak sesuai dengan usia mereka. Ketika anak-anak saya gagal, mulai dari teguran lembut hingga pukulan di pantat pasti menjadi porsi yang terpaksa harus diterima oleh anak-anak saya .
Bagaimana dengan standar Allah? Apakah standar Allah terlalu tinggi sehingga kita tidak dapat memenuhinya? Jika mengandalkan kekuatan sendiri, standar Allah memang terlalu tinggi bagi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Akan tetapi, firman Tuhan berkata, "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (4:6). Memang, konteks firman Tuhan ini berbicara tentang pembangunan Rumah Allah. Akan tetapi, bukankah diri kita masing-masing--yang sudah ditebus oleh darah Kristus--adalah bait Roh Kudus (bandingkan dengan 1 Korintus 6:19)? Jangan lupa bahwa saat umat Allah gagal memenuhi standar Allah, Allah tidak selama-lamanya murka. Kegagalan memenuhi standar Allah memang menodai umat Allah, seperti imam besar Yosua yang mengenakan pakaian yang kotor (3:3). Akan tetapi, dalam kasih karunia-Nya, Allah telah menjauhkan kesalahan umat-Nya dan mengenakan pakaian pesta kepada mereka (3:4). Kok bisa begitu mudah bagi Allah melakukan semua hal di atas (bandingkan dengan 3:9)? Sebenarnya, Allah membayar dengan harga sangat mahal! Umat Israel waktu itu belum tahu bahwa di masa depan, Allah sendiri--melalui Kristus--mati di atas kayu salib demi menanggung ketidaksanggupan manusia memenuhi standar Allah!
Dengan darah-Nya, Tuhan Yesus telah membuat kita menanggalkan pakaian lama yang penuh dosa dan membuat kita mengenakan pakaian baru yang dibungkus kebenaran Allah. Itulah kasih karunia Allah (Efesus 2:8-9). Kesanggupan kita untuk melakukan kehendak-Nya dan menggenapi firman-Nya dalam hidup kita juga merupakan karya Allah (Filipi 2:13). Kita adalah orang yang berhutang! Dalam kemurahan-Nya, Allah tahu bahwa kita sama sekali tidak punya modal apa pun untuk menyelamatkan diri sendiri, apalagi memuliakan Dia! Apakah kehidupan Anda mencerminkan rasa syukur atas anugerah Allah itu?