Pernahkah Anda menyaksikan orang yang dalam keadaan sekarat? Sekarat adalah keadaan pada saat menjelang kematian. Jemaat Sardis adalah gereja yang sekarat. Mereka hampir mati! Frasa "hampir mati" dalam 3:2 tidak bertentangan dengan 3:1 yang mengatakan bahwa mereka mati. Jemaat ini bukan mati secara fisik, melainkan berada dalam kondisi yang amat parah secara rohani, sehingga nyaris tidak ada tanda-tanda kehidupan. Oleh karena itu, mereka disebut mati. Sekalipun kondisi mereka begitu parah, tetap saja mereka menyandang status sebagai gereja yang benar karena pembenaran Kristus. Sayangnya, mereka tidak bertanggung jawab terhadap status mereka karena tidak ada pekerjaan mereka yang sempurna (3:2). Semua pekerjaan yang mereka lakukan pada dasarnya tidak diperkenan Allah. Mereka mengerjakannya dengan kesombongan karena merasa diri mereka tidak memerlukan pertolongan Tuhan. Mungkin pula mereka tidak melakukan pekerjaan mereka dengan sepenuh hati, asal-asalan, padahal seharusnya mereka mampu berbuat lebih baik bagi kemuliaan-Nya. Ketidakberesan ini berkaitan dengan kondisi rohani yang parah. Kondisi seperti ini sangat serius, apa lagi bila dilihat dari tuntutan Kristus. Mereka diminta untuk menaati apa yang telah mereka terima dan mereka dengar serta bertobat (3:3). Hanya ada beberapa orang yang menjaga kesuciannya dan menaati segala firmanNya, sehingga mereka layak disebut sebagai anak-anak Allah (3:4). Ada dua perintah penting yang Kristus sampaikan agar nama mereka tetap ada dalam kitab kehidupan: Pertama, jemaat Sardis harus berjaga-jaga (bangunlah) dan bertobat. Mereka harus mengingat dan mendengar berita Injil lagi agar mereka berkenan di hati Kristus (3:2-3). Kedua, mereka harus menang dalam pertandingan iman dan menjaga kesucian hidup mereka (tidak mencemarkan pakaiannya, 3:4-5).
Berkaca pada sikap jemaat Sardis, agar hidup kita bisa berkenan di hadapan-Nya, marilah kita memeriksa diri melalui pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Pertama, apakah kondisi kerohanian saya sedang baik-baik saja atau kurang baik, bahkan cenderung buruk? Kedua, Apakah ada pelanggaran dan dosa yang harus saya bereskan dengan Tuhan sebagai bentuk ketaatan saya kepada-Nya, serta yang harus saya bereskan dengan sesama sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap mereka yang telah saya rugikan? Ketiga, apakah ada sesuatu dalam hidup saya yang harus saya waspadai agar kesucian hidup saya tetap terjaga dan kehidupan saya berkenan di hati Tuhan?