Kitab Kejadian adalah kitab yang sangat penting. Kitab ini bukan hanya kita perlukan untuk memahami sejarah bangsa Israel, tetapi kitab ini juga sangat penting bagi umat TUHAN untuk membentuk cara pandang terhadap kehidupan, khususnya menyangkut siapa kita, tanggung jawab kita, dosa, keselamatan, misi, hubungan dengan keluarga serta sesama kita, dan tentu saja--yang terpenting--hubungan dengan Allah.
Kejadian 1-11 membahas berbagai kisah yang berlaku universal, bukan hanya menyangkut bangsa Israel. Sebagai contoh, kisah penciptaan berkaitan dengan manusia di seluruh dunia--bahkan menyangkut alam semesta--bukan hanya berkaitan dengan umat Israel. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila ada kisah penciptaan di luar Israel yang memiliki kemiripan dengan kisah penciptaan dalam kitab Kejadian. Hal ini antara lain bisa dibaca dalam buku yang ditulis oleh Don Richardson, "Kerinduan akan Allah yang Sejati"(Penerbit Kalam Hidup). Selain itu, masalah terpenting yang dikemukakan dalam kitab Kejadian adalah masalah kejatuhan manusia--Adam dan Hawa--ke dalam dosa (pasal 3). Kisah-kisah selanjutnya memperlihatkan kegagalan manusia untuk hidup berkenan kepada Allah. Kebobrokan manusia membuat Allah akhirnya menjatuhkan hukuman berupa air bah yang membinasakan manusia dan hewan yang hidup pada masa itu. Akan tetapi, Allah berkenan untuk menyelamatkan Nuh dan semua orang yang berada dalam bahtera Nuh. Pola "dosa-hukuman-penyelamatan"ini berulang terus dalam Alkitab.
Kejadian 12-50 berisi kisah-kisah yang berkaitan dengan Abraham dan keturunannya. Bangsa Israel--yaitu keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub--dibedakan dengan bangsa-bangsa lain. Dengan umat Israel inilah, Allah mengikatkan diri-Nya dalam sebuah perjanjian. Allah bukan hanya berjanji untuk memberkati Abraham, tetapi Ia juga berjanji untuk membuat Abraham menjadi berkat (Kejadian 12:3). Perwujudan janji tersebut merupakan misteri dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru, janji tersebut diwujudkan dalam diri Tuhan Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 3:25-26; lihat juga Galatia 3:16). Ingatlah bahwa berkat yang terbesar adalah keselamatan jiwa yang hanya bisa diperoleh melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Ingatlah pula bahwa Allah yang berjanji adalah Allah yang akan menjatuhkan hukuman bila umat-Nya melanggar perjanjian. Akan tetapi, Allah yang berjanji itu juga merupakan Allah yang memelihara umat-Nya dengan murah hati. Dia akan bertindak menyelamatkan bila umat-Nya bersedia bertobat dan mencari Dia! [GI Purnama]
Percayakah Anda bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi dan segala isinya, termasuk manusia? Pada umumnya, orang Indonesia memercayai adanya Allah Sang Pencipta. Akan tetapi, perkembangan zaman--yang mengagungkan rasio atau nalar--membuat banyak orang menyangsikan adanya Allah. Sikap mengagungkan rasio membuat banyak orang tidak memercayai segala sesuatu yang tidak bisa mereka lihat secara langsung atau tidak bisa mereka pahami dengan akal. Karena Allah tidak bisa dilihat dan tindakan serta pemikiran-Nya sering kali tidak bisa dipahami, tidak mengherankan bahwa banyak orang tidak memercayai adanya Allah Sang Pencipta (bandingkan dengan Ibrani 11:1,6). Apakah cara hidup Anda memperlihatkan bahwa Anda memercayai Allah?
Bila kita memercayai bahwa Allah adalah Sang Pencipta umat manusia, sepantasnya kita menaati Dia dan mengikuti seluruh kehendak-Nya dalam hidup kita. Sadarilah bahwa Allah tidak seperti pembuat jam yang tidak memedulikan jam yang telah dia buat dan telah dia jual. Saat menciptakan manusia, Allah memiliki tujuan yang jelas, yaitu agar manusia hidup untuk memuliakan Dia dengan melakukan pekerjaan baik yang telah Dia siapkan bagi kita (Yesaya 43:7; Efesus 2:10). Setelah Allah menciptakan manusia, Allah berfirman, "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Saat ini, tugas beranak cucu dan bertambah banyak--agar bisa memenuhi bumi--sudah terwujud. Akan tetapi tugas menguasai alam--mencakup lautan, udara, dan daratan--belum sepenuhnya terwujud. Alam sering kali bukan dikuasai untuk kepentingan umat manusia, melainkan dieksploitasi atau dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok tanpa peduli terhadap kepentingan bersama. Di satu sisi, kemiskinan dan penderitaan makin meningkat. Di sisi lain, terjadi kerusakan lingkungan yang menimbulkan berbagai dampak amat buruk, misalnya pemanasan global, banjir, tanah longsor, dan sebagainya. Ciptaan Allah yang semula semuanya baik (1:4,10,12,18,21,25,31) menjadi rusak. Apakah Anda memahami apa yang Allah kehendaki untuk Anda kerjakan dalam hidup Anda?
Karena manusia diciptakan untuk memuliakan Allah melalui apa yang kita kerjakan, maka tidak bekerja atau tidak melakukan apa-apa adalah dosa. Rasul Paulus memberi teguran keras terhadap orang yang tidak mau bekerja, "Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Apakah Anda sudah melakukan pekerjaan yang membuat Allah dimuliakan? [GI Purnama]