Kejadian 11

Kesatuan dan Kesombongan

10 Januari 2023
GI Purnama

Kisah menara Babel dalam bacaan Alkitab hari ini merupakan kisah yang sangat terkenal, tetapi makna kisah ini kadang-kadang disalah mengerti. Dalam kisah ini, Allah mengacaukan bahasa manusia, sehingga manusia tersebar ke seluruh bumi, tidak berkumpul di satu tempat. Akan tetapi, perlu disadari bahwa hal ini tidak berarti bahwa Allah tidak menghendaki kesatuan! Ada dua hal yang penting diperhatikan di sini: Pertama, kesatuan yang dikehendaki Allah bukan berarti bahwa Allah menghendaki agar umat-Nya selalu berusaha berkumpul di satu tempat saja. Saat menciptakan manusia, Allah telah mengungkapkan kehendak-Nya agar manusia memenuhi bumi. Menjelang naik ke sorga, Tuhan Yesus memberikan amanat agar murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia (Matius 28:19; Markus 16:15). Dari sisi kepelbagaian bahasa yang dimulai dengan peristiwa menara Babel, kita perlu mengingat bahwa saat Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta, bahasa manusia yang berbeda-beda itu disatukan. Melalui ide kepelbagaian, kita perlu melangkah keluar dari zona nyaman di dalam kelompok kita dan melangkar keluar untuk menjangkau orang-orang yang belum mengenal Kristus di seluruh dunia. Melalui ide kesatuan, kita perlu membangun kesadaran bahwa walaupun umat Allah itu terdiri dari kelompok yang berbeda-beda, kita bersatu di dalam Kristus. Kedua, dalam kisah menara Babel, yang dicela Allah adalah sikap sombong yang diungkapkan dengan keinginan membangun kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit serta mencari nama. Kita perlu senantiasa sadar bahwa Allah menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya (Yesaya 43:7), bukan untuk kemuliaan diri kita sendiri. Bila kita menaati kehendak Allah untuk menyebar ke seluruh dunia pun, hal itu dimaksudkan untuk memuliakan Allah, bukan untuk mencari nama!

Bila kita membangun gereja yang megah, apakah hal itu dimaksudkan untuk memuliakan Allah, bukan untuk memuliakan diri sendiri? Bila kita menjalankan misi, apakah hal itu dimaksudkan untuk memuliakan Allah, bukan untuk memuliakan diri kita atau gereja kita? Bila kita bekerja dengan rajin serta melakukan tanggung jawab terhadap keluarga dan gereja dengan setia, apakah hal itu dilakukan untuk kemuliaan Allah, bukan untuk kebanggaan diri sendiri? Bila gereja menyelenggarakan ibadah dan mengadakan pembinaan, apakah hal itu dilakukan untuk kemuliaan Allah, bukan untuk kemuliaan diri sendiri? Rasul Paulus mengingatkan, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Bila kita ingin hidup memuliakan Tuhan, semua yang kita lakukan haruslah kita persembahkan untuk kemuliaan Tuhan!

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design