Kita pasti berharap bahwa seorang suami seperti Abraham adalah suami ideal yang selalu setia melindungi istrinya. Akan tetapi, ternyata kenyataannya tidak demikian. Abraham adalah suami yang sangat mengecewakan! Sampai dua kali--yaitu di Mesir (12:10-13) dan di Gerar (20:1-2)--Abraham tidak mengakui Sara sebagai istri, tetapi sebagai saudara, karena dia takut dibunuh bila berterus terang. Pasalnya, walaupun sudah tua, Sara masih sangat cantik. Sara diambil oleh penguasa setempat dengan maksud untuk dijadikan istri, tetapi TUHAN mencegah dengan menimpakan tulah kepada Firaun (12:17) dan dengan memberi peringatan keras kepada Abimelekh (20:3). Kisah Abraham dan Sara ini mengingatkan kita bahwa dalam sebuah rumah tangga, pasangan kita sering kali tidak memenuhi harapan kita. Walaupun Abraham adalah seorang beriman, bahkan iman Abraham merupakan teladan bagi kita, ternyata bahwa tindakan Abraham sebagai seorang suami amat mengecewakan. Hal sebaliknya juga bisa berlaku bagi para suami. Walaupun sang istri adalah seorang yang beriman, mungkin saja sikap atau tindakannya mengecewakan suaminya. Sebagai contoh, perhatikan bahwa saat Abraham ragu-ragu tentang realisasi janji Tuhan untuk memberi keturunan, Sara--istri Abraham--menganjurkan agar Abraham mengambil Hagar--hamba Sara--sebagai gundik. Sikap Sara semakin menggoyahkan iman Abraham. Saat Hagar hamil dan menjadi sombong, Sara menyalahkan Abraham dan meminta Abraham bertanggung jawab, padahal dialah yang menganjurkan Abraham untuk mengambil Hagar sebagai gundiknya (16:1-5). Kita harus menyadari bahwa Allah menempatkan orang-orang yang tidak sempurna di sekitar kita supaya kita berharap kepada Allah saja. Pasangan kita, orang tua kita, anak kita, saudara kita, teman kita, dan orang-orang yang kita idolakan semuanya bisa mengecewakan diri kita. Akan tetapi, TUHAN tidak akan pernah mengecewakan kita. TUHAN selalu bisa menjadi tampat kita berharap.
Apakah saat ini Anda sedang mengalami kekecewaan? Tetaplah berharap kepada Tuhan! Saat ada orang yang membuat Anda sangat kecewa, ingatlah bahwa mungkin ada pula orang lain yang sangat kecewa terhadap diri Anda! Kita semua tidak sempurna dan bisa melakukan kesalahan. Oleh karena itu, kita harus selalu siap memaafkan orang lain sebagaimana kita berharap bahwa kesalahan kita juga akan dimaafkan. Apakah Anda telah secara berkala memeriksa kesalahan dan kekurangan diri Anda sendiri? Apakah Anda selalu bersedia untuk memaafkan orang yang bersalah kepada diri Anda? Tanpa kesediaan memaafkan, semua relasi kita dengan keluarga atau dengan teman atau dengan masyarakat akan mudah goyah dan rusak!