Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Puji Tuhan! Walaupun Covid-19 belum bisa diberantas sampai tuntas, dampak Covid-19 sudah melemah. Sudah tidak ada lagi penumpukan pasien Covid-19 di rumah sakit. Berita kematian akibat Covid-19 juga sudah hampir tidak terdengar. Aktivitas masyarakat sudah mulai pulih, sehingga kita bisa berharap bahwa kondisi ekonomi negara kita segera pulih kembali. Sekalipun demikian, kita tetap harus sadar bahwa pandemi Covid-19 telah membuat banyak negara terancam resesi pada tahun ini. Mari kita berdoa agar Tuhan memberi hikmat kepada para pemimpin di negara kita untuk bisa membuat kebijakan yang tepat agar tidak terjadi resesi di negara kita.
Saat ini, Lembaga Alkitab Indonesia telah merevisi Alkitab Terjemahan Baru yang biasa kita pakai sampai saat ini. Ada banyak pembaruan dan perbaikan yang dilakukan pada Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua (TB2) ini, terutama perubahan yang disebabkan oleh perkembangan bahasa dan penerjemahan. Perbaikan yang dilakukan pada Alkitab TB2 ini membuat Alkitab lebih mudah dipahami oleh pembaca, khususnya pembaca yang masih muda yang tidak mengenali kosa kata lama yang sekarang telah menjadi usang. Pada GeMA edisi ini, mulai dilakukan penyesuaian dengan Alkitab TB2, tetapi penyesuaian ini masih belum sepenuhnya karena penulis dan editor masih belum memiliki Alkitab TB2.
Pada GeMA edisi ini, kita akan membaca seluruh Injil Matius dan melanjutkan pembacaan kitab Keluaran (pasal 12-26). Injil Matius adalah kitab Injil yang ditujukan bagi masyarakat Yahudi. Oleh karena itu, penerima kitab ini dianggap sudah memahami budaya Bangsa Yahudi dan tidak asing dengan ajaran kitab Perjanjian Lama. Renungan Masa Sengsara dan Paskah tidak dibuat secara tersendiri, melainkan menjadi bagian dari renungan Injil Matius. Renungan Keluaran 12-26 masih melanjutkan kisah pengembaraan bangsa Israel pasca dibebaskan dari perbudakan di Tanah Mesir.
Sebagai pesan terakhir, diingatkan kembali bahwa program pembacaan Alkitab GeMA telah dilengkapi dengan refleksi GeMA dalam bentuk audio dan video. Akan tetapi, pembacaan Alkitab tetap merupakan sarana terpenting bagi pertumbuhan rohani. Renungan serta refleksi GeMA hanya bersifat melengkapi--bukan menggantikan--pembacaan Alkitab. Semoga GeMA tahap ke-9 ini menjadi berkat bagi kita semua. [GI Purnama]
Pusat berita Alkitab adalah pemberitaan tentang Yesus Kristus, Sang Mesias yang kedatangan-Nya dinantikan pada masa Perjanjian Lama dan terwujud dalam Perjanjian Baru. Injil Matius--kitab pertama dalam Perjanjian Baru--menjembatani Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Injil Matius ini dimulai dengan Silsilah Yesus Kristus yang disebut sebagai Anak Daud dan Anak Abraham. Penyebutan ini menunjukkan bahwa Yesus Kristus hadir di dunia ini untuk menggenapi janji yang telah diberikan kepada Abraham dan kepada Daud. Silsilah ini juga memperlihatkan bahwa Yesus Kristus adalah tokoh nyata dalam sejarah, bukan tokoh hasil rekayasa.
Injil Matius ditulis untuk orang Yahudi yang mengenal kitab suci Perjanjian Lama. Oleh karena itu, dalam kitab ini terdapat banyak kutipan Perjanjian Lama yang memperlihatkan bahwa penulis Injil Matius meyakini bahwa Perjanjian Lama itu benar dan berwibawa untuk mengatur kehidupan. Banyaknya kutipan Perjanjian Lama yang digenapi dalam diri Tuhan Yesus memperlihatkan bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama.
Tuhan Yesus tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapi dan menjelaskan arti sesungguhnya dari hukum-hukum itu. Sebagai contoh, dalam khotbah di sebuah bukit, Tuhan Yesus menguraikan bahwa pemahaman masyarakat Yahudi pada masa itu tentang hukum Taurat perlu diperbaiki. Perbaikan paling mendasar yang ditekankan oleh Tuhan Yesus adalah bahwa ketaatan terhadap hukum Taurat harus muncul dari dalam hati (lihat Matius 5:21-26, 27-32, 33-37, 38-42, 43-48).
Selama berada di bumi, pelayanan Tuhan Yesus yang terutama adalah mengajar, memberitakan Injil Kerajaan Allah, serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan (4:23). Karena Tuhan Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia, maka jelas bahwa apa yang diajarkan Tuhan Yesus merupakan kebenaran yang harus melandasi kehidupan kita. Kehidupan Tuhan Yesus merupakan peragaan kehendak Allah dan merupakan contoh untuk kita teladani. Injil Kerajaan Allah adalah kabar baik yang didasarkan pada kehadiran Kristus dan karya penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus. Kehadiran Yesus Kristus selalu membawa kesembuhan baik dari penyakit maupun dari pengaruh kuasa gelap. Di pasal terakhir Injil Matius, Tuhan Yesus memberikan amanat agar para murid melanjutkan pelayanan-Nya, baik melalui pemberitaan Injil maupun melalui pemuridan. [GI Purnama]
Kedatangan Yesus Kristus--Sang Mesias yang dijanjikan Allah itu--menggenapi janji Allah dalam Perjanjian Lama. Janji yang paling kuno adalah janji yang masih samar-samar dalam Kejadian 3:15, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." Janji ini samar-samar karena janji ini merupakan hukuman atau kutukan terhadap Iblis yang memakai wujud seekor ular, sekaligus merupakan janji berkat bagi Hawa yang mewakili umat manusia. Janji ini semakin jelas saat Allah memberikan janji kepada Abraham, "... olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (Kejadian 12:3). Berdasarkan uraian di berbagai tempat dalam Perjanjian Baru, jelas bahwa janji itu merupakan janji tentang Sang Mesias, dan janji itu merupakan Injil atau Kabar Baik.
Silsilah Yesus Kristus (Matius 1:1-17) harus dipahami dengan membaca berbagai penjelasan yang diberikan dalam Perjanjian Lama. Perhatikan bahwa Allah--bukan orang tua--yang menetapkan siapa orang yang akan masuk ke dalam silsilah itu. Allah bisa mengambil keputusan apa pun tanpa perlu berkonsultasi dengan manusia. Walaupun kita tidak selalu bisa memahami alasan pemilihan yang dilakukan Allah, jelas bahwa pemilihan tentang siapa yang masuk dalam silsilah Sang Mesias itu mencerminkan kehendak Allah. Adanya orang yang berperilaku sangat jahat dalam silsilah tersebut--misalnya Manasye (1:10)--mendukung kenyataan bahwa Sang Mesias itu datang untuk manusia berdosa. Adanya wanita-wanita berlatar belakang kafir dalam silsilah tersebut--misalnya Tamar dan Rut--memperlihatkan bahwa Sang Mesias itu datang untuk semua bangsa, bukan hanya untuk bangsa Israel atau untuk orang Yahudi saja.
Hal penting lain yang disebut dalam bacaan Alkitab hari ini adalah bahwa Maria--Ibu Yesus Kristus--hamil bukan karena hubungan badan antara Maria dengan Yusuf, melainkan karena pekerjaan Roh Kudus. Dengan demikian, jelas bahwa Yesus Kristus tidak dilahirkan karena benih manusia berdosa. Oleh karena itu, walaupun Yesus Kristus adalah Manusia sejati, Ia dilahirkan tanpa dosa. Selain itu, sesuai dengan nama-Nya, yaitu Imanuel yang artinya "Allah menyertai kita", jelas bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Karena Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi Manusia yang tidak pernah berbuat dosa, maka Ia memenuhi persyaratan untuk bisa menjadi Penebus dosa bagi manusia berdosa (bandingkan dengan 1:21). Apakah Anda sudah menerima pengampunan dosa yang telah tersedia bagi Anda di dalam Kristus? [GI Purnama]