Perzinaan muncul bila seseorang menginginkan hubungan seks dengan lawan jenis yang bukan istri atau suaminya. Allah bukan hanya menghendaki agar kita tidak berzina, tetapi Ia juga menghendaki agar kita mengendalikan pikiran kita, sehingga kita tidak menginginkan perbuatan zina. Bagi orang yang sudah menikah, landasan untuk mengendalikan pikiran adalah kesetiaan terhadap istri atau suami kita. Tindakan selalu diawali dengan aktivitas pikiran. Bila kita selalu melawan keinginan kotor yang ingin menguasai pikiran kita, kita akan lebih mudah menghindari terjadinya perzinaan. Alkitab berulang-ulang memakai hubungan di antara suami dan istri sebagai gambaran tentang hubungan antara Allah dengan umat-Nya. Allah selalu bersikap setia terhadap umat-Nya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila manusia juga merespons dengan bersikap setia kepada Allah. Kesetiaan ini seharusnya bukan sesuatu yang dipaksakan, tetapi muncul secara otomatis karena kita mengasihi Allah.
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan bahwa Allah menghendaki agar kerohanian kita bukan hanya berwujud tindakan yang bisa dilihat, melainkan berupa perubahan cara berpikir yang terwujud dalam tindakan. Rasul Paulus mengatakan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2). Apakah Anda sudah mengalami perubahan cara berpikir yang semestinya terjadi pada setiap orang yang telah dilahirkan kembali?