Banyak orang mengira bahwa memperoleh keselamatan dalam kekristenan itu mudah, yaitu dengan beriman saja. Pandangan semacam itu hanyalah setengah kebenaran. Memang benar bahwa keselamatan hanya bisa diperoleh melalui iman. Akan tetapi, iman yang benar adalah iman yang terwujud dalam perbuatan. Membangun iman tanpa perbuatan itu sama seperti membangun rumah di atas pasir. Pasir bukan fondasi yang kuat. Rumah yang dibangun di atas pasir pasti akan roboh saat banjir datang. Rumah yang kokoh adalah rumah yang dibangun di atas fondasi batu karang atau batu-batuan yang kuat. Iman kita pun hanya bisa menjadi iman yang menyelamatkan bila iman itu disertai dengan perbuatan. Tanpa perbuatan, iman itu pada hakikatnya adalah iman yang mati atau iman yang tidak terbukti atau iman yang tidak pernah dikonfirmasi kebenarannya (7:24-27; Yakobus 2:14-26).
Perbuatan yang membuktikan adanya iman disebut juga sebagai "buah" (Matius 7:16). Perlu selalu diingat bahwa "buah" yang dimaksud di sini tidak berkaitan dengan kegiatan seperti bernubuat, mengusir setan, dan mengadakan mukjizat (7:22-23), tetapi terutama berkaitan dengan karakter (bandingkan dengan "buah Roh" dalam Galatia 5:22-23). Bila ada orang yang mengaku sebagai nabi, tetapi kehidupannya tidak sesuai dengan perilaku seorang nabi, maka nabi itu adalah nabi palsu. Nabi palsu bisa berpura-pura baik, sehingga ia seperti domba yang tidak membahayakan, tetapi dia itu sebenarnya merupakan serigala yang buas dan jahat (Matius 7:15-16). Sadarilah bahwa penampilan para nabi palsu atau para pengajar sesat itu biasanya membuat banyak orang merasa takjub. Orang percaya yang imannya tidak berakar kepada pemahaman yang kuat terhadap firman Allah akan mudah disesatkan karena pengajaran para nabi palsu itu umumnya enak didengar. Tidak mengherankan bila orang-orang yang berhasil disesatkan itu kadang-kadang tanpa berpikir bisa mengikuti ajaran yang sangat ekstrem seperti meninggalkan keluarga dan menyerahkan seluruh harta benda, bahkan ada yang bersedia mengikuti bunuh diri masal.
Sadarilah bahwa saat ekonomi terasa sulit, biasanya akan muncul berbagai ajaran yang bisa membuat kita melupakan kesulitan kita. Apakah hidup Anda sudah berakar pada firman Tuhan sehingga keyakinan Anda tidak mudah digoyahkan oleh ajaran yang aneh, menarik, tetapi menyesatkan? Apakah Anda telah membiasakan diri untuk menyelidiki firman Tuhan saat mendengar ajaran yang menyimpang dari keyakinan yang Anda pegang? Apakah perbuatan Anda sesuai dengan iman Anda? Ingatlah bahwa yang bisa menolong kita menghadapi tantangan adalah topangan firman Tuhan dan persekutuan dengan saudara seiman!