Walaupun Yesus Kristus adalah Tuhan, penderitaan yang berpuncak dengan kematian di kayu salib tetap menakutkan dan membuat Ia merasa sedih dan gentar. Oleh karena itu, Ia mencari "teman" yang menemani dalam berdoa. Ia tidak melibatkan semua pengikut-Nya, tetapi Ia memilih tiga orang terdekat, yaitu Petrus, Yohanes, dan Yakobus (26:37-38). Perhatikan bahwa yang dituntut dari ketiga murid itu bukan nasihat atau dorongan, tetapi kehadiran dan kepedulian. Saat seseorang merasa sedih dan tertekan, nasihat belum tentu berguna, tetapi mungkin saja kehadiran dan kepedulian justru menjadi sumber penghiburan yang menguatkan hati.
Perkataan pertama di doa Tuhan Yesus, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, ...." tidak boleh dipandang sebagai permintaan yang bertentangan dengan kehendak Allah, melainkan sebagai keluhan saat mengingat betapa beratnya penderitaan yang akan segera dijalani. Hal ini terlihat jelas dari perkataan berikutnya, "... tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (26:39). Di taman Getsemani ini, Tuhan Yesus berdoa tiga kali dan mengucapkan doa yang sama (26:44). Janganlah pengulangan ini dipandang sebagai doa yang bertele-tele atau doa yang diulang-ulang supaya menjadi panjang, tetapi pengulangan ini harus dipandang sebagai membagi keluhan atau pergumulan kepada Allah agar bisa bertahan saat menghadapi penderitaan yang amat berat.
Hubungan antara doa dan ketangguhan saat berhadapan dengan pencobaan terlihat jelas bila kita membandingkan sikap Tuhan Yesus dengan sikap Petrus dalam menghadapi penderitaan. Tuhan Yesus bukan hanya menghadapi penderitaan yang dahsyat secara fisik, tetapi juga mengalami tekanan yang amat menyesakkan secara mental, baik berupa penghinaan maupun berupa pengkhianatan. Sebaliknya, Petrus hanya menghadapi tekanan mental yang lebih ringan, dan tidak menghadapi penganiayaan fisik. Sekalipun demikian, Tuhan Yesus bertahan menyelesaikan misinya untuk menebus dosa umat manusia, sedangkan Petrus menyangkal Gurunya sampai tiga kali. Perbedaan daya tahan dalam menghadapi masalah itu jelas disebabkan karena Tuhan Yesus bergumul dalam doa di Taman Getsemani, sedangkan Petrus tertidur dan tidak berdoa.
Apakah Anda saat ini sedang menghadapi pergumulan berat dalam kehidupan Anda? Saat Anda menghadapi pergumulan, apakah Anda bertekun dalam doa memohon kekuatan dan hikmat Allah agar bisa mengatasi setiap persoalan?