Ironi adalah kondisi yang bertentangan dengan yang seharusnya terjadi. Kita pasti berharap bahwa yang akan mengurus jenazah Yesus Kristus adalah murid-murid-Nya, terutama Petrus. Akan tetapi, ternyata dugaan kita salah! Yang peduli terhadap jenazah Tuhan Yesus justru adalah Yusuf dari Arimatea serta dua orang perempuan, yaitu Maria Magdalena dan Maria yang lain.
Yusuf dari Arimatea adalah seorang kaya anggota Mahkamah Agama yang menjadi pengikut Yesus Kristus secara sembunyi-sembunyi (27:57; Markus 15:43; Yohanes 19:38). Orang yang merasa dirinya beriman mungkin mencibir saat mengetahui bahwa Yusuf dari Arimatea tidak berani mengikuti Tuhan Yesus secara terang-terangan. Akan tetapi, bacaan Alkitab hari ini di luar dugaan: Kesebelas murid Tuhan Yesus tidak berani meminta jenazah Tuhan Yesus. Yusuf dari Arimatea--yang tidak berani mengungkapkan iman secara terbuka--justru berani mendatangi Pontius Pilatus untuk meminta jenazah Yesus Kristus guna disemayamkan di kubur baru yang dia beli untuk dirinya sendiri. Yusuf dari Arimatea--yang sebelumnya tidak berani terus terang mengaku sebagai murid Kristus--bukan hanya mengungkapkan iman dengan mendatangi Pontius Pilatus, tetapi juga rela mempersembahkan kuburan yang ia persiapkan bagi dirinya sendiri.
Kaum perempuan sering dianggap lemah dan takut menghadapi risiko. Benar bahwa Maria Magdalena dan Maria yang lain tidak berani meminta jenazah Tuhan Yesus. Akan tetapi, hanya mereka yang duduk di depan kubur Yesus Kristus sebagai ekspresi kedekatan hubungan dengan Kristus, padahal tidak ada pria yang menemani mereka.
Sampai saat ini, masih ada banyak orang yang beriman secara diam-diam dan iman mereka tidak menonjol. Kita boleh memberi dorongan kepada orang-orang semacam itu agar mereka lebih berani mengekspresikan iman dengan terus terang. Akan tetapi, waspadalah agar kita tidak mengejek atau merendahkan mereka. Saat menghadapi masalah dan penderitaan, iman akan diuji. Mereka yang terbiasa mengungkapkan iman secara demonstratif belum tentu sanggup mempertahankan iman saat menghadapi ujian iman. Sebaliknya, mereka yang beriman secara diam-diam bisa saja sanggup bertahan saat menghadapi ujian iman. Di setiap gereja, selalu ada orang yang mengungkapkan iman secara terus terang dan ada yang mengungkapkan iman secara diam-diam. Bagaimana sikap Anda saat Anda menghadapi perbedaan ungkapan iman: Apakah perbedaan tersebut mendorong Anda untuk mengintrospeksi diri dan memperbaiki diri atau justru membuat Anda menghakimi dan merendahkan orang lain?