Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Puji Tuhan! Ketegangan yang disebabkan karena Covid-19 telah mulai melemah dan kita mulai lebih bebas bertatap muka, termasuk mulai bebas mengikuti ibadah secara tatap muka. Sekalipun demikian, Covid-19 belum benar-benar lenyap sehingga mereka yang memiliki komorbid--yaitu penyakit penyerta, dalam hal Covid-19 adalah penyakit yang berkaitan dengan masalah pernapasan, diabetes, darah tinggi, ginjal, dan jantung--harus tetap waspada, tetap disiplin menjaga jarak dan memakai masker, serta jangan ragu-ragu mengikuti vaksinasi.
Sehubungan dengan terbitnya Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua (TB2) dari Lembaga Alkitab Indonesia, GeMA telah mulai melakukan penyesuaian secara berangsur-angsur. Beberapa kata yang sering kita temui dalam Alkitab telah mulai diubah, misalnya "sorga" menjadi "surga", "korban" menjadi "kurban", "zinah" menjadi "zina", kuatir menjadi "khawatir", "mujizat menjadi "mukjizat", dan "Juruselamat" menjadi "Juru Selamat". Akan tetapi, karena renungan pada umumnya ditulis sebelum TB2 diterbitkan, renungan GeMA masih didasarkan pada Alkitab TB1.
Pada GeMA edisi ini, kita akan menyelesaikan pembacaan kitab Keluaran serta membaca kitab Imamat dan sebagian kitab Bilangan. Selain itu, kita akan mengikuti renungan khusus berjudul "Hidup dalam Pengharapan dan Pelayanan" dalam rangka memperingati Hari Kenaikan Kristus ke Surga dan Hari Pentakosta. Kitab Imamat termasuk kitab yang tidak mudah dipahami, khususnya karena kitab ini membahas sistem keagamaan Israel kuno yang tidak diikuti oleh orang Kristen. Upacara keagamaan Israel kuno itu merupakan simbol dari pengorbanan Kristus, sehingga kita yang sudah percaya kepada Yesus Kristus tidak perlu lagi mengikuti sistem keagamaan itu. Kitab Bilangan membicarakan tentang kisah perjalanan umat Israel di padang gurun.
Pada edisi ini, terjadi masalah pada komputer yang dipakai oleh redaksi, sehingga proses penyiapan GeMA mengalami perlambatan. Syukurlah bahwa atas pertolongan Tuhan dan karena dedikasi yang tinggi dari para penerjemah, edisi ini tetap bisa diterbitkan. Sebagai pesan terakhir, kembali diingatkan bahwa program pembacaan Alkitab GeMA dilengkapi dengan refleksi GeMA dalam bentuk audio dan video. Sekalipun demikian, pembacaan Alkitab tetap merupakan sarana terpenting bagi pertumbuhan rohani. Renungan serta refleksi GeMA hanya bersifat melengkapi--bukan menggantikan--pembacaan Alkitab. Semoga GeMA tetap menjadi berkat bagi kita semua.
Mezbah adalah perabot terbesar di Kemah Suci, dengan panjang dan lebar masing-masing lima hasta, dan tinggi tiga hasta. Bentuknya persegi, dengan tonjolan seperti tanduk di keempat sudutnya. Model mezbah seperti ini umum pada masa itu. Para arkeolog telah menemukan bentuk serupa di Arad dan Bersyeba. Fungsi tanduk itu tidak jelas. Tanduk itu mungkin hanya hiasan atau mungkin sarana untuk tujuan praktis seperti mengikat binatang. Tanduk itu juga bisa bersifat simbolis. Di dunia kuno, tanduk adalah simbol kekuatan. Raja Daud berkata, "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" (Mazmur 18:3). Mungkin, arti "tanduk" dalam Keluaran 27:2 sama dengan arti "tanduk" dalam mazmur itu, yaitu bahwa mezbah adalah tempat keselamatan. Di kemudian hari, orang berpegangan pada tanduk mezbah untuk mencari perlindungan. Saat pencari keadilan mengejar seorang penjahat, penjahat itu bisa lari mendekati mezbah dan menyentuh tanduk untuk mencari perlindungan (1 Raja-raja 1:50-51; 2:28). Jelas bahwa tanduk melambangkan sesuatu yang penting, karena para imam memercikkan darah kurban ke atas tanduk-tanduk itu (Keluaran 29:12).
TUHAN ingin agar halaman atau pelataran tempat mezbah berdiri dibuat dengan cara yang Allah tentukan (27:9-15). Ada satu pintu gerbang ke halaman Kemah Suci, dan TUHAN memberikan instruksi untuk pembuatannya (27:16-19). Pintu masuknya dibuat dari kain yang serupa dengan kain yang menghiasi bagian dalam Kemah Suci, yaitu kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, dan dari lenan halus yang dipintal benangnya (27:16, bandingkan dengan 26:1). Inilah pintu gerbang ke Tempat Kudus, tempat TUHAN berada.
Bait Suci di Yerusalem--yang dibangun Raja Salomo untuk menggantikan Kemah Suci--memiliki dua halaman (dalam dan luar). Bait Suci pada zaman Raja Herodes memiliki empat halaman. Hanya imam yang boleh memasuki halaman paling dalam. Halaman luar untuk pria dan halaman di luarnya lagi untuk wanita. Halaman paling luar untuk orang bukan Yahudi. Pemisahan halaman tidak didasarkan pada hukum Allah karena TUHAN tidak pernah melarang wanita memasuki halaman luar. Namun, akses kepada TUHAN terbatas karena dosa memisahkan manusia dengan Allah. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus membuka jalan bagi kita untuk kembali kepada Allah. Tuhan Yesus memastikan bahwa semua orang bisa memiliki akses langsung kepada Allah (Ibrani 10:19). Sudahkah Anda menghargai kesempatan ini dengan rajin beribadah kepada-Nya? [Pdt. Sumito Sung]