Hari ini, kita merayakan hari Pentakosta untuk memperingati turunnya Roh Kudus atas orang-orang percaya yang melahirkan gereja pertama di kota Yerusalem. Saat itu, gereja sangat bersandar kepada Roh Kudus dalam menjalankan semua pekerjaan dan pelayanan. Kenyataan itu berbeda dengan sejumlah gereja masa kini yang lebih mengandalkan kemampuan pemimpin gereja, keuangan gereja, dan kekuatan manusia. Seorang teolog bernama A.W. Tozer menulis: "Jika kehadiran Roh Kudus ditarik dari gereja mula-mula, maka 95 persen pekerjaan dan pelayanan gereja tidak berjalan. Sebaliknya, jika kehadiran Roh Kudus ditarik dari gereja masa kini, 95 persen pelayanan di gereja tetap akan berjalan seperti biasa tanpa ada pengaruh." Kutipan di atas ada benarnya. Kutipan tersebut mengingatkan kita untuk mengandalkan Roh Kudus dalam menjalani kehidupan dan pelayanan di gereja.
Teks hari ini menunjukkan tiga ciri gereja yang bersandar kepada Roh Kudus: Pertama, gereja itu dibangun di atas kebenaran. Alkitab mencatat bahwa jemaat mula-mula tekun berkumpul untuk mempelajari kebenaran. Mereka tidak hanya suka belajar kebenaran, tetapi juga tunduk kepada kebenaran. Mereka hidup dalam kebenaran sehingga hidup mereka berubah dan mereka disukai semua orang (2:47). Mereka mengabarkan kebenaran dengan penuh semangat sehingga jumlah mereka terus bertambah (2:41, 47; 4:4). Mereka menegakkan kebenaran dengan memberi hukuman keras kepada mereka yang menyimpang dari kebenaran (5:1-11). Kedua, gereja itu tekun memecahkan roti. Ketika memecahkan roti, jemaat mengenang kasih Kristus. Mereka diteguhkan ulang untuk mempraktikkan saling mengasihi dengan kasih Kristus. Hasilnya, mereka memiliki semangat kepedulian yang tinggi. Mereka rela berbagi kepunyaan mereka untuk dipakai bersama. Mereka menjual harta benda untuk dibagikan kepada yang membutuhkan (2:44-45). Mereka bukan hanya sekadar berteori tentang kasih, tetapi mereka mempraktikkan kasih secara nyata. Ketiga, gereja itu tekun berdoa. Doa adalah sumber kekuatan utama pelayanan dan kehidupan gereja mula-mula. Doa tidak hanya menciptakan persatuan di antara orang percaya, tetapi juga memberi kekuatan untuk mengabarkan Injil dengan penuh kuasa dan keberanian untuk mempertahankan kebenaran meskipun mendapat ancaman (2:42; 4:31-33).
Perayaan hari Pentakosta adalah masa yang baik untuk merenungkan ulang kondisi gereja kita. Apakah selama ini, gereja kita bersandar kepada Roh Kudus atau lebih mengandalkan manusia? Apakah gereja kita mewartakan dan mempraktikkan kebenaran? Apakah sesama anggota gereja kita saling mempedulikan dengan kasih yang nyata? Apakah kita mengutamakan doa dalam segala aspek kehidupan?