Mengapa Allah memerintahkan agar api di atas mezbah dijaga agar tetap menyala (6:9)? Mungkin, api itu berasal dari Allah. Dalam Imamat 9:24 dikatakan, "Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan kurban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah." Api di mezbah berasal dari Allah. Api itu adalah api yang kudus yang harus dijaga agar tetap menyala semalam-malaman sampai pagi (6:9). Di pagi hari, imam harus menambahkan kayu di atas mezbah agar api tetap menyala, mengatur kurban bakaran, dan membakar lemak kurban keselamatan (6:12). Para imam harus bergantian sepanjang malam dan sepanjang hari untuk menjaga agar api di mezbah tidak pernah padam. Hewan kurban juga dibakar di atas mezbah secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit. Kurban bakaran terbakar secara lambat, tetapi terus-menerus tanpa berhenti.
Praktik pembakaran hewan kurban yang berlangsung secara perlahan-lahan dan terus-menerus merupakan cermin bagi kita dalam hal memberi persembahan dan melayani Allah. Seperti pembakaran hewan kurban yang berlangsung secara lambat tanpa henti, kita juga harus mempersembahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah secara terus-menerus, bukan hanya di waktu tertentu dalam hidup kita saja. Misalnya, ada orang yang mau melayani Tuhan saat sukses dan sehat, tetapi tidak mau memberi diri untuk Tuhan saat susah atau sakit. Sikap semacam ini menunjukkan bahwa kita tidak mempersembahkan diri secara seutuhnya kepada Tuhan. Kita hanya menginginkan berkat Tuhan, tetapi tidak mau menjadi kurban yang harum bagi Tuhan melalui melayani, memberi persembahan, dan mengasihi orang lain. Masa pandemi membuat umat Kristen tidak bisa beribadah di gereja. Setelah masa pandemi usai, banyak orang Kristen tetap tidak beribadah dengan mencari-cari alasan. Api di atas mezbah yang tidak boleh dibiarkan padam mengajar kita tentang kasih mula-mula yang tidak boleh dibiarkan padam dalam hidup kita. Setelah melalui berbagai pasang surut kehidupan, banyak orang Kristen yang semula bersemangat menjadi kehilangan "api" dalam pelayanannya kepada Tuhan. Banyak orang Kristen yang tidak lagi "berapi-api" memberitakan Injil dan kasih mereka terhadap sesama mulai padam. Semangat melayani perlahan-lahan mulai lenyap serta diganti dengan semangat menggapai kesuksesan dan kenikmatan duniawi. Sebagaimana api di atas mezbah harus dijaga agar tetap menyala, "api" kasih kita kepada Allah juga harus kita jaga agar tetap berkobar. Apakah Anda tetap giat melakukan disiplin rohani dan tetap setia melayani Tuhan sampai Kristus datang kembali?