Perlu diingat bahwa Nadab dan Abihu mati saat mereka mendekat ke ruang Maha Kudus. Dalam Imamat 16:1 dicatat, "Sesudah kedua anak Harun mati, yang terjadi pada waktu mereka mendekat ke hadapan TUHAN, ...." Jadi, mereka tidak hanya menyalakan api yang tidak diperintahkan TUHAN, tetapi mereka juga mendekat ke ruang Maha Kudus, tempat TUHAN bersemayam. Motivasi perbuatan Nadab dan Abihu tidak bisa dipastikan, namun kelihatannya mereka mengambil inisiatif karena merasa cukup layak, cukup suci, dan cukup pintar untuk melakukan hal yang tidak diperintahkan TUHAN. Hal ini sangat kontras dengan fakta di pasal 9, yaitu bahwa imam pun harus menyamakan dirinya dengan umat, serta harus meminta pengampunan dosa terlebih dahulu sebelum melayani umat. Para imam pun harus sadar bahwa mereka membutuhkan pengampunan dan mereka bukan orang yang suci.
Di mata Nadab dan Abihu, perbuatan mereka mungkin dianggap hal yang sepele, sehingga tanpa bertanya kepada Musa atau Harun, mereka mengambil tindakan tersebut. Namun, kekudusan dan perintah Allah tidak bisa dikompromikan. Allah langsung menghanguskan Nadab dan Abihu dengan api-Nya. Peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi seluruh umat Israel, bahwa Allah itu Kudus dan Ia harus dimuliakan (10:1-3). Sangat disayangkan bahwa kedua anak Harun harus mati secara tragis, karena mereka adalah generasi pertama yang keluar dari Tanah Mesir. Mereka adalah generasi yang melihat perbuatan dan keperkasaan TUHAN saat Ia membawa mereka keluar dari Tanah Mesir. Generasi mereka telah melihat kemuliaan TUHAN yang memberikan 10 perintah di Gunung Sinai. Dapat dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah mengalami pengalaman spiritual yang luar biasa bersama TUHAN. Namun, pengalaman mereka ternyata tidak membuat hati mereka takut akan TUHAN senantiasa. Sebaliknya, mereka justru tidak menaati Dia di awal pelayanan mereka. Apa yang dilakukan oleh Nadab dan Abihu serta apa yang terjadi pada mereka merupakan pelajaran berharga bagi kita. Jangan pernah menganggap diri Anda sudah cukup layak dan suci sehingga Anda merasa tidak perlu menaati perintah Allah dan dapat melakukan apa saja yang Anda kehendaki. Meskipun sudah menjadi seorang pemimpin rohani pun, Anda tidak akan luput dari kekhilafan dan dosa, sehingga Anda perlu untuk selalu mengoreksi diri serta meminta Roh Kudus memberi tuntunan dan kepekaan kepada diri Anda. Kita harus melayani Tuhan dengan cara yang Tuhan kehendaki, bukan menurut cara yang kita kehendaki. Kita harus melayani Dia dengan rendah hati karena kesempatan melayani merupakan anugerah Allah.