Pengantar 1-2 Timotius
Surat 1 dan 2 Timotius merupakan surat penggembalaan yang ditulis oleh Rasul Paulus bagi Timotius; rekan pelayanannya yang masih muda itu. Meskipun ditujukan pada orang yang sama, konteks dan tujuan penulisan kedua surat ini sangatlah berbeda. Surat 1 Timotius ditulis ketika Rasul Paulus hendak melanjutkan perjalanan pelayanan ke Makedonia dan ia memerintahkan Timotius untuk tinggal di Efesus dan menggembalakan jemaat di sana (1 Timotius 1:3). Pelayanan di Efesus sama sekali tidak mudah. Sesungguhnya, memang tidak ada pelayanan yang mudah! Efesus adalah kota yang menjadi pusat penyembahan berhala yang besar pada waktu itu. Mayoritas penduduk kota Efesus adalah penyembah dewi Artemis (dewi seks) dengan segala keimoralitasannya. Saat itu, berbagai ajaran sesat mulai beredar, mencemari, dan mengancam kehidupan jemaat. Karena itu, melalui suratnya yang pertama, Rasul Paulus meminta Timotius untuk menggembalakan jemaat di Efesus, menegakkan injil Kristus, menata ibadah di gereja, memilih dan membangun kepemimpinan di gereja, dan tentu saja mengajar jemaat untuk hidup dalam kesalehan.
Surat 2 Timotius ditulis pada akhir kehidupan Rasul Paulus, ketika ia dipenjarakan di Roma. Saat itu, Rasul Paulus sudah memerintahkan Tikhikus untuk melanjutkan pelayanan Timotius di Efesus dan meminta Timotius untuk segera datang dan menemaninya di Roma (2 Timotius 4:9,12). Dalam surat ini, Timotius diminta untuk mengemban tanggung jawab pelayanan yang lebih berat, yaitu melanjutkan tugas penggembalaan jemaat dan pemberitaan injil yang akan segera ditinggalkan oleh Rasul Paulus. Untuk itu, Rasul Paulus—dalam surat 2 Timotius—menekankan prinsip-prinsip yang harus dipegang dan dijalani oleh Timotius selaku hamba Allah, pemberita injil Kristus, dan gembala jemaat.
Sekilas, surat ini memberi kesan bahwa surat penggembalaan ini hanya diperuntukkan bagi para gembala jemaat (pada masa kini mencakup pendeta dan guru injil atau para hamba Tuhan). Namun, apa yang tercantum di dalam surat ini juga merupakan prinsip-prinsip yang perlu dipegang teguh dan dijalani oleh para pemimpin gereja—bahkan juga para anggota jemaat—agar kehidupan gereja menjadi indah dan memperkenankan hati Tuhan. [H]
Sabtu, 13 Desember 2014
Bacaan Alkitab hari ini: 1 Timotius 1
Dua masalah yang langsung diperhadapkan pada Timotius selaku gembala adalah beredarnya pengajaran sesat dan maraknya imoralitas. Karena itu, Timotius didesak untuk melakukan dua hal, yaitu:
Pertama, mengajarkan pengajaran yang benar; yaitu bahwa anugerah keselamatan dari Allah hanya terdapat di dalam Kristus dan bukan merupakan hasil usaha manusia. Timotius harus menasehati para pengajar sesat yang mengajarkan bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan melakukan hukum Taurat. Hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan, melainkan hanya menyadarkan manusia akan keberdosaan dan kebutuhan mereka akan Tuhan. Bahkan, Rasul Paulus memakai pengalaman hidupnya untuk membuktikan bahwa hanya kasih karunia Allah dalam Kristuslah yang telah mengubah hidupnya, dan bukan hukum Taurat (1:12-17).
Kedua, hidup di dalam kesalehan, yakni kasih yang sepenuhnya kepada Allah dan manusia. Anugerah keselamatan tidak membuat manusia bebas melakukan dosa. Sebaliknya, kesadaran akan anugerah Tuhan dan kehidupan bersama Tuhan seharusnya membuat manusia hidup dengan hati nurani yang murni, yaitu dengan ketulusan dan kesalehan atau dengan kasih yang sepenuhnya kepada Allah. Timotius yang sudah mengalami anugerah Tuhan harus menjadi contoh dalam hal kesalehan dan kemurnian hidup.
Sebagai gembala, hamba Tuhan, maupun sebagai umat Tuhan yang hidup di zaman yang menawarkan “injil murahan dan transaksional” tentang kemakmuran, kesehatan, dan kesuksesan, apakah kita masih berfokus pada injil Kristus—relasi yang dipulihkan dengan Kristus—itu? Di tengah dunia yang amoral ini, apakah kita sebagai gembala, hamba Tuhan, bahkan umat Tuhan—yang sudah mengalami anugerah Allah—telah menunjukkan teladan ketulusan dan kemurnian hati? [H]
1 Timotius 1:15
Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ”Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,”
dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.