Allah memerintahkan agar setelah memasuki Tanah Perjanjian, orang Israel ingat untuk melaksanakan Sabat bagi tanah mereka di tahun ketujuh (25:2-4). Selama enam tahun, mereka bekerja, memanen, mendapat untung, dan menikmati hasil bumi. Pada tahun ketujuh, seluruh umat harus berhenti bekerja, berhenti memanen, berhenti bercocok tanam, dan hanya memakan apa yang tumbuh secara alami dari tanah mereka (25:4-7).
Perintah di atas mengajarkan empat hal kepada orang Israel: Pertama, sebenarnya, kehidupan mereka bergantung kepada Allah. Saat mereka bekerja dengan bercocok tanam, bumi memberikan hasil. Akan tetapi, ketika mereka tidak bekerja, tidak bercocok tanam, tetap ada makanan yang cukup bagi mereka, bagi budak, bagi orang asing, bagi ternak, dan bagi binatang liar yang ada di tanah mereka. Inilah pemeliharaan TUHAN bagi orang Israel. Mereka tidak bergantung kepada bumi atau kepada keahlian bercocok tanam, tetapi kepada Allah Sang Pencipta langit dan bumi. Kedua, melaksanakan perintah Tahun Sabat mengingatkan bahwa mereka bukan pemilik tanah yang mereka tinggali dan nikmati. Allah adalah Sang Pemilik, dan mereka adalah orang yang mendapat anugerah untuk tinggal dan bekerja di tanah itu. Tahun Sabat mengajar umat TUHAN dari generasi ke generasi bahwa mereka hidup bukan dari upaya mereka saja, melainkan dari pemeliharaan dan kasih setia Allah. Ketiga, umat Tuhan belajar untuk memiliki belas kasihan kepada orang miskin. Saat tidak mengupayakan tanah, selama setahun penuh, orang Israel hidup dan makan sekadarnya. Mereka mengalami apa yang dialami oleh orang miskin yang makan sekadarnya dan mengharapkan belas kasihan orang lain. Sebelum mengalami sendiri, sulit bagi mereka untuk benar-benar mengetahui kesusahan orang miskin, terutama bagi generasi muda yang kelak akan lahir dan bertumbuh di Tanah Perjanjian. Mereka hidup dalam kelimpahan karena hasil tanah yang subur, sehingga mereka bisa menjadi orang yang egois dan tidak memperhatikan orang lain. Keempat, umat Tuhan belajar untuk melestarikan alam, bukan mengeksploitasinya. Setelah dimanfaatkan selama enam tahun, istirahat bagi tanah akan mengembalikan nutrisi di dalam tanah, sehingga keseimbangan alam tetap terjaga. Di tahun selanjutnya, tanah dapat menghasilkan panen secara maksimal. Di zaman yang makin maju ini, banyak orang kurang istirahat karena semua waktu dipakai untuk bekerja serta meraih lebih banyak untung dan kenikmatan. Namun, hidup manusia makin jauh dari Tuhan, mengandalkan diri sendiri, dan tidak memedulikan orang lain. Apakah Anda sudah mengandalkan pemeliharaan Allah dalam menjalani kehidupan setiap hari?